15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Namun, di bawah ketawaran hati begitu banyak dan besar, Luther terus berusaha maju<br />

menuju standar moral yang tinggi dan keungguluan intelek-tual yang menarik jiwanya. Ia haus<br />

akan pengetahuan, dan kesungguhsungguhan serta sifat praktis pikirannya menuntunnya<br />

menginginkan yang kuat dan berguna, daripada yang menyolok dan dangkal. Pada usia 18 tahun,<br />

waktu ia memasuki Universitas Erfurt, keadaannya sedikit lebih baik, dan hari depannya lebih<br />

cerah daripada tahun-tahun se-belumnya. Orangtuanya, oleh karena berhemat dan rajin, telah<br />

mampu memberikan bantuan yang diperlukan. Dan pengaruh teman-temannya yang bijaksana<br />

telah mengurangi pengaruh suram pendidikan sebelumnya, Ia mempelajari karya-karya<br />

pengarang terbaik, dengan rajin mempelajari pikiran-pikiran berbobot, dan membuat<br />

kebijaksanaan orang-orang bijak itu menjadi kebijaksanaannya. Bahkan di bawah disiplin kasar<br />

guru-guru-nya sebelumnya, ia telah menunjukkan janji keunggulan. Dan dengan pengaruhpengaruh<br />

yang baik pikirannya berkembang dengan pesat. Ingatannya yang tajam, imajinasinya<br />

yang kreatif, daya pertimbangannya yang kuat, dan ketekunannya yang tak mengenal lelah,<br />

segera menempatkannya pada barisan depan teman-temannya. Disiplin intelektual<br />

mematangkan pengertiannya, dan membangkitkan suatu kegiatan pikiran dan ketajaman<br />

persepsi yang mempersiapkan dia bagi perjuangan hidup.<br />

Perasaan takut akan Allah selalu tiggal dalam hati Luther, yang menyanggupkannya<br />

mempertahankan keteguhan tujuannya, dan merendahkan diri di hadapan Allah. Ia mempunyai<br />

rasa ketergantungan kepada pertolongan Ilahi. Dan ia tidak pernah lupa memulai setiap hari<br />

dengan doa, sementara hatinya terus memohon tuntunan dan dukungan. Sering ia berkata,<br />

“Berdoa dengan baik adalah setengah pelajaran yang lebih baik.”—D’Aubigne, “ History of the<br />

Reformation of the Sixteenth Century,” b. 2, psl. 2.<br />

Ketika suatu hari ia melihat-lihat buku-buku di perpustakaan universitas itu, Luther<br />

menemukan Alkitab dalam bahasa Latin. Belum pernah ia me-lihat buku seperti itu sebelumnya.<br />

Ia sama sekali tidak tahu keberadaan buku itu. Ia telah pernah mendengar bagian-bagian dari<br />

Injil dan suratsurat rasul, yang telah dibacakan kepada orang-orang pada waktu kebaktian<br />

umum, dan ia berpikir bahwa itulah seluruh Alkitab itu. Sekarang, untuk pertama kalinya ia<br />

melihat seluruh firman itu. Dengan rasa kagum ber-campur heran ia membalik halamanhalaman<br />

kudus itu. Dengan denyut nadi yang lebih cepat dan jantung berdebar-debar, ia<br />

membaca firman ke-hidupan itu untuk dirinya sendiri. Setelah berhenti sejenak ia berseru, “Oh,<br />

seandainya Allah memberikan buku seperti ini menjadi milikku sendiri!”— Ibid, b. 2, psl. 2.<br />

Malaikat-malaikat Surga berada disampingnya dan sinarsinar terang dari takhta Allah<br />

menyatakan kekayaan kebenaran itu kepada pengertiannya. Sebelumnya ia selalu takut<br />

melanggar kehendak Allah. Tetapi sekarang ia mempunyai kesadaran yang mendalam mengenai<br />

keadaannya sebagai orang berdosa dan bergantung kepada Allah seperti belum pemah<br />

sebelumnya.<br />

Suatu kerin<strong>dua</strong>n yang sungguh-sungguh untuk bebas dari dosa dan untuk memperoleh<br />

kedamaian dengan Allah, akhimya menuntun dia memasuki sebuah biara dan menyerahkan<br />

dirinya kepada kehidupan biara. Di sini ia diharuskan melakukan pekerjaan yang paling rendah,<br />

dan meminta-minta dari rumah ke rumah. Pada waktu itu ia berada pada tingkat umur di mana<br />

74

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!