15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

memberikan petunjuk kepadanya, Daniel berkata, "aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada<br />

lagi kekuatan padaku." (Dan. 10:8).<br />

Pada waktu Ayub mendengar suara Tuhan dari angin badai, ia berseru, "Oleh sebab itu aku<br />

mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (Ayub 42:6).<br />

Yesaya berseru setelah ia melihat kemuliaan Tuhan dan mendengar kerub berseru: "Kudus,<br />

kudus, kuduslah Tuhan semesta alam," "Cilakalah aku! Aku binasa!" (Yes. 6:3,5). Rasul Paulus,<br />

setelah terangkat ke langit yang ketiga, dan mendengar kata-kata yang tak terucapkan oleh<br />

manusia, berbicara mengenai dirinya, sebagai "yang paling hina di antara segala orang kudus."<br />

(2Kor. 12:2-4; Epes 3:8). Yohanes yang kekasih, yang bersandar kepada Yesus dan yang<br />

memandang kemuliaan-Nya, jatuh tersungkur di depan kaki malaikat itu. Wah 1:17). Mereka<br />

yang berjalan dalam bayang-bayang salib Golgota tidak akan meninggikan diri, tidak akan<br />

menyombongkan diri karena mereka telah dibebaskan dari dosa. Mereka merasa bahwa oleh<br />

karena dosa-dosa merekalah yang menyebabkan penderitaan yang menghancurkan hati Anak<br />

Allah, dan pemikiran ini akan menuntun mereka kepada penyesalan yang mendalam. Mereka<br />

yang hidup paling dekat dengan Yesus melihat dengan jelas kelemahan dan keberdosaan<br />

manusia, dan harapan mereka satu-satunya hanyalah jasa-jasa Juru Selamat yang tersalib dan<br />

yang telah bangkit kembali itu.<br />

Sekarang pengudusan menonjol di dunia keagamaan, dan bersamaan dengan itu Roh<br />

meninggikan diri sendiri, dan ketidakperdulian kepada hukum Allah yang menandakannya<br />

sebagai yang asing bagi agama Alkitab. Para penganjurnya mengajarkan bahwa penyucian<br />

adalah pekerjaan seketika, sekejap, oleh mana, melalui iman saja mereka memperoleh<br />

kekudusan yang sempurna. "Percaya saja," kata mereka, "dan berkat menjadi milikmu." Tidak<br />

diperlukan usaha-usaha lebih jauh di pihak sipenerima. Pada waktu yang sama mereka<br />

menyangkal wewenang dan kekuasaan hukum Allah, dan mengatakan bahwa mereka telah<br />

dibebaskan dari kewajiban memeliharakan hukum-hukum atau perintah-perintah itu. Tetapi<br />

apakah mungkin bagi manusia menjadi kudus, sesuai dengan kehendak dan tabiat Allah, tanpa<br />

menyesuaikan atau menselaraskan diri dengan prinsip-prinsip atau hukum Allah, yang adalah<br />

pernyataan sifat dan kehendak-Nya, dan yang menyatakan apa yang menjadi kesukaan bagi-<br />

Nya?<br />

Keinginan kepada agama yang gampang, yang tidak menuntut suatu perjuangan, tidak ada<br />

penyangkalan diri, tidak ada perpisahan dengan kebodohan dunia ini, telah membuat ajaran<br />

iman, hanya iman, menjadi ajaran atau doktrin yang populer. Tetapi apakah yang dikatakan oleh<br />

firman Allah? Rasul Yakobus berkata, "Apakah gunanya saudara-saudaraku, jika seorang<br />

mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah<br />

iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan<br />

kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: 'Selamat jalan,<br />

kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!' tetapi ia tidak memberikan kepadanya<br />

apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? . . . . Hai manusia yang bebal, maukah<br />

engkau mengaku sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah<br />

Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan<br />

315

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!