15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Sekarang, merasa bahwa ia tidak akan pernah menjadi seorang imam, untuk sementara ia<br />

mempelajari ilmu hukum. Tetapi akhimya ia mening-galkan niatnya dan membaktikan<br />

hidupnya kepada Injil. Tetapi ia tidak mau menjadi guru bagi masyarakat. Sebagai seorang<br />

pemalu, ia dibebani dengan rasa tanggung jawab jabatan yang berat. Oleh sebab itu ia ingin<br />

terus belajar. Namun, atas permohonan sahabat-sahabatnya, akhimya ia setuju untuk menjadi<br />

guru. “Mengherankan,” bahwa seorang yang asalnya hina harus ditinggikan kepada<br />

keagungan.”—Wylie, b. 13, psl. 9.<br />

Ia memulai pekerjaannya dengan diam-diam, dan kata-katanya bagaikan embun pagi yang<br />

menyegarkan bumi. Ia telah meninggalkan Paris, dan sekarang ia berada di sebuah kota propinsi<br />

di bawah lindungan putri Margaret, yang karena mencintai Injil, memberikan perlindungan<br />

kepada muridmurid Injil itu. Calvin masih seorang pemuda dengan penampilan lemah lembut<br />

dan sederhana, tidak sombong. Pekeijaannya dimulainya di rumah orang-orang. Dengan<br />

dikelilingi oleh anggota keluarga di rumah itu ia membaca Alkitab, dan membukakan kebenaran<br />

keselamatan. Mereka yang mendengarkan pekabaran itu memberitahukan kabar baik itu kepada<br />

orangorang lain. Tidak lama kemudian guru Injil itu melewati kota ke kota-kota kecil dan desadesa.<br />

Ia dapat masuk ke kastel dan gubuk, dan maju terus meletakkan dasar gereja-gereja yang<br />

akan menghasilkan kesaksian-kesaksian tanpa gentar bagi kebenaran.<br />

Beberapa bulan kemudian ia kembali ke Paris. Ada hasutan luar biasa di kalangan kaum<br />

terpelajar dan cendekiawan. Pelajaran bahasa-bahasa kuno telah menuntun mereka kepada<br />

Alkitab, dan banyak dari mereka yang hatinya belum dijamah kebenaran, ingin<br />

mendiskusikannya, dan bahkan ada yang menyerang pejabat-pejabat Romanisme. Calvin,<br />

walaupun seorang yang mahir berdebat mengenai pertikaian teologi, mempunyai misi lain yang<br />

hendak dicapai, yang lebih tinggi daripada orang-orang berpendidikan yang ribut itu. Pikiran<br />

orang-orang telah digerakkan, dan sekaranglah waktunya untuk membukakan kebenaran itu<br />

kepada mereka. Sementara ruangan-ruangan universitas dipenuhi dengan perdebatan masalah<br />

teologi, Calvin bekerja dari rumah ke rumah, membukakan Alkitab kepada orang-orang, dan<br />

berbicara kepada mereka dari hal Kristus dan penyaliban-Nya.<br />

Dengan pertolongan Tuhan, Paris menerima undangan lain untuk me-nerima Injil. Panggilan<br />

Lefevre dan Farel telah ditolak, tetapi sekali lagi pekabaran ini akan didengarkan oleh semua<br />

kalangan masyarakat di ibu kota yang besar itu. Raja, yang dipengaruhi pertimbanganpertimbangan<br />

politik, belum sepenuhnya memihak Roma melawan Pembaruan. Putri Margaret<br />

masih mengharapkan agar Protestantisme menang di Perancis. Ia memutuskan agar iman yang<br />

diperbarui itu dikhotbahkan di Paris. Pada waktu raja tidak ada, ia memerintahkan seorang<br />

pendeta Protestan berkhotbah di gereja-gereja di kota itu. Sebenarnya hal itu dilarang oleh<br />

pejabat-pejabat kepausan, tetapi ia, putri, membukakan istana. Sebuah apartemen dihuat sebagai<br />

kapel, dan diumumkan bahwa setiap hari pada jam-jam tertentu sebuah khotbah akan<br />

dikhotbahkan, dan orang-orang dari semua golongan diundang untuk mengikutinya. Orang<br />

banyak memadati kebaktian itu. Bukan hanya kapel itu, juga ruang di depannya dan gang-gang<br />

telah dipadati. Ribuan orang berkumpul setiap hari—para bangsawan, negarawan, hukum,<br />

pedagang dan pekerja. Sebagai ganti melarang perkumpulan raja memerintahkan agar <strong>dua</strong><br />

145

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!