15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

akan suatu kebangkitan. Anak Allah menebus kegagalan dan kejatuhan manusia, dan sekarang,<br />

melalui pekerjaan pendamaian, Adam dikembalikan kepada kedudukannya yang semula.<br />

Dengan diliputi sukacita ia memandang pepohonan yang dahulu pernah menjadi<br />

kesenangannya, -- pohon-pohon yang buahnya dikumpulkannya sendiri pada waktu ia masih<br />

belum berdosa dan masih dalamkesukaan. Ia melihat pokok anggur yang telah dirawatnya<br />

sendiri dengan tangannya sendiri, dan bunga-bunga yang pada suatu waktu ia senang<br />

memeliharanya. Pikirannya menangkap realitas pemandangan itu. Ia mengerti bahwa<br />

sesungguhnya inilah Eden (Firdaus) yang telah dipulihkan, sekarang lebih indah daripada waktu<br />

ia dihalau dari dalamnya. Juru Selamat menuntunnya ke pohon kehidupan, dan memetik<br />

buahnya yang mulia, lalu menawarkannya kepada Adam untuk dimakan. Ia melihat ke<br />

sekelilingnya, dan melihat rombongan besar keluarganya yang telah ditebus, berdiri di Firdaus<br />

Allah. Kemudian ia meletakkan mahkotanya di kaki Yesus, dan merebahkan dirinya ke dada-<br />

Nya dan memeluk Penebus itu. Ia memetik kecapi emas dan kubah-kubah Surga menggemakan<br />

naynyian kemenangan, "Layaklah, layaklah Anak Domba yang tersembelih, namun hidup<br />

kembali!" Keluarga Adam menyanyikan nyanyian mereka sambil meletakkan mahkota mereka<br />

di kaki Juru Selamat dan tunduk di hadapan-Nya dengan pujian.<br />

Pertemuan ini disaksikan oleh malaikat-malaikat yang menangis pada waktu kejatuhan<br />

Adam, dan bersukacita pada waktu Yesus, sesudah kebangkitan-Nya naik ke Surga, telah<br />

membuka kuburan bagi semua yang akan percaya kepada nama-Nya. Sekarang mereka melihat<br />

pekerjaan penebusan itu diwujudkan, dan mereka menyatukan suara dalamnaynyian pujian. Di<br />

atas laut kristal yang di depan takhta itu, laut kaca yang bening itu seakan-akan bercampur<br />

dengan api -- begitu berkilau-kilau dengan kemuliaan Allah -- berhimpunlah rombongan yang<br />

"telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya." (Wah. 15:2). Mereka<br />

berdiri bersama Anak Domba di Bukit Sion memegang "kecapi Allah" bersama 144,000 orang<br />

yang ditebus dari antara manusia. Dan kemudian terdengarlah, bagaikan desau air bah, dan<br />

bagaikan deru guruh yang dahsyat, "bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya."<br />

(Wah. 15:1-2). Dan mereka menyanyikan "nyanyian yang baru" di hadapan takhta itu, suatu<br />

nyanyian yang tak seorangpun dapat mempelajarinya selain dari yang 144,000 orang itu.<br />

Nyanyian itu ialah nyanyian Musa dan Anak Domba, -- suatu nyanyian kelepasan. Tak<br />

seorangpun, kecuali yang 144,000 orang itu, dapat mempelajari nyanyian itu, karena naynyian<br />

itu adalah nyanyian pengalaman mereka -- suatu pengalaman yang tidak pernah dialami oleh<br />

rombongan lain. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia<br />

pergi.<br />

Mereka ini, setelah diubahkan dari dunia ini, dari antara yang hidup, dianggap sebagai<br />

"korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu." (Wah. 14:4). "Mereka ini adalah<br />

orang- orang yang keluar dari kesusahan besar" (Wah. 7:14), mereka telah melewati masa<br />

kesesakan seperti yang belum pernah terjadi sejak adanya suatu bangsa. Mereka telah<br />

menanggung penderitaan masa kesesakan Yakub. Mereka telah berdiri tanpa pengantara selama<br />

pelaksanaan terakhir penghakiman Allah. Tetapi mereka telah dilepaskan, karena telah<br />

"mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba." "Di dalam mulut<br />

442

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!