15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

"Sebab Tuhan akan bangkit seperti di gunung Perasim, Ia akan mengamuk seperti di lembah<br />

dekat Gibeon, untuk melakukan perbuatan-Nya -- ganjil perbuatan-Nya itu; dan untuk<br />

mengerjakan pekerjaan-Nya -- ajaib pekerjaan-Nya itu!" (Yes. 28:21). Bagi Allah kita yang<br />

berkemurahan, pekerjaan menghukum adalah pekerjaan ajaib. "Demi Aku yang hidup,<br />

demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik." (Yehez.<br />

33:11). Tuhan adalah "penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-<br />

Nya, . . . mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa." Namun Ia "tidaklah sekali-kali<br />

membebaskan orang yang bersalah dari hukuman." "Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa,<br />

tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan darihukuman orang yang bersalah." (Kel. 34:6,7;<br />

Nahum 1:3). Oleh perkara-perkara yang mengerikan dalam kebenaran, Ia akan membuktikan<br />

kebenaran otoritas hukum-Nya yang telah diinjak-injak itu. Beratnya dan hebatnya hukuman<br />

yang menanti para pelanggar dapat dilihat dari keengganan Tuhan untuk menjalankan keadilan.<br />

Bangsa yang telah diperlakukanny dengan panjang sabar, dan yang Ia tidak akan pukul sampai<br />

kejahatannya sudah mencapai kepenuhan pada anggapan Allah, pada akhirnya akan meminum<br />

cawan murka Allah yang tidak bercampur dengan belas kasihan.<br />

Pada waktu Kristus menghentikan pengantaraan-Nya di kaabah, maka murka yang tidak<br />

bercampur yang mengancam mereka yang menyembah binatang itu dan patungnya dan yang<br />

menerima tandanya (Wah. 14:9,10) akan dicurahkan. Bala yang datang ke atas Mesir pada<br />

waktu Allah hampir melepaskan bangsa Israel, sama sifatnya dengan hukuman yang lebih<br />

dahsyat dan lebih meluas yang akan terjadi ke dunia ini sesaat sebelum kelepasan umat Allah.<br />

Pewahyu berkata dalam menjelaskan malapetaka yang mengerikan itu, Maka timbullah bisul<br />

yang jahat dan yang berbahaya pada semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan<br />

yang menyembah patungnya." Air laut menjadi darah, seperti darah orang mati dan matilah<br />

segala yang bernyawa yang hidup di dalam laut." Dan "sungai-sungai dan mata-mata air dan<br />

semuanya menjadi darah." Walaupun hukuman penderitaan ini mengerikan, hukuman Allah<br />

tetap terbukti benar. Malaikat Tuhan berkata, "Adil Engkau, Engkau yang ada dan yang sudah<br />

ada, Engkau yang kudus, yang telah menjatuhkan hukuman ini. Karena mereka telah<br />

menumpahkan darah orang-orang kudus dan para nabi, Engkau juga telah memberi mereka<br />

minum darah; hal itu wajar bagi mereka." (Wah. 16:2-6). Oleh menghukum mati umat Allah,<br />

sesungguhnya mereka telah menanggung kesalahan atas darah umat Allah itu seolah-olah<br />

mereka dengan tangan sendiri telah menumpahkan darahnya. Dengan cara yang sama Kristus<br />

menyatakan orang-orang Yahudi pada zaman-Nya bersalah atas darah orang-orang kudus yang<br />

telah ditumpahkan sejak zamannya Habil karena memiliki roh yang sama, dan berusaha<br />

melakukan pekerjaan yang sama dengan para pembunuh nabi-nabi.<br />

Dalam bala berikutnya, kuasa telah diberikan kepada matahari "untuk menghanguskan<br />

manusia dengan api. Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat." (Wah. 16:8,9).<br />

Demikianlah nabi-nabi menjelaskan keadaan dunia pada saat yang menakutkan ini, "Tanah<br />

berkabung, . . . sebab sudah musnah panen ladang." "Segala pohon di ladang sudah mengering.<br />

Sungguh, menjadi kering di dalam tanah, lumbung-lumbung sudah licin tandas." "Betapa<br />

mengeluhnya hewan dan gempar kawanan-kawanan lembu, sebab tidak ada padang rumput<br />

baginya . . . . Sebab wadi telah kering, dan apipun telah memakan habis tanah gembalaan di<br />

427

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!