15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

kaum bangsawan bersumpah untuk melindunginya. Tidak sedikit yang secara terbuka mencela<br />

pengumuman kerajaan sebagai tanda kelemahan, menyerah kepada kekuasaan Roma.<br />

Digerbang gerbang rumah dan ditempat tempat umum, ditempelkan kertas pengumuman.<br />

Sebagian mengutuk dan sebagian lagi membela Luther. Salah satu kertas pengumuman itu telah<br />

dituliskan dengan kata kata orang bijak, "Wai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak kanak"<br />

(Pengkhotbah 10:16). Semangat dukungan populer kepada Luther diseluruh Jerman<br />

meyakinkan baik kaisar maupun Mahkamah, bahwa setiap tindakan yang tidak adil kepada<br />

Luther akan membahayakan perdamaian diseluruh kekaisaran, dan bahkan stabilitas takhta.<br />

Frederick dari Saxony tetap tenang namun mengamati keadaan, menyembunyikan dengan<br />

hati hati perasaannya terhadap Pembaharu. Sementara pada waktu yang sama ia menjaga<br />

dirinya tanpa mengenal lelah, memperhatikan gerak geriknya dan gerak gerik musuh musuhnya.<br />

Tetapi banyak juga yang tidak berusaha menyembunyikan rasa simpatinya kepada Luther. Ia<br />

dikunjungi oleh para pangeran, kaum bangsawan, orang orang terkemuka, baik awam maupun<br />

para ulama. "Kamar doktor yang sempit," tulis Spalatin, "tidak dapat menampung semua<br />

pengunjung yang datang." Martyn, Vol. I, p. 404. Orang orang memandang kepadanya seolah<br />

olah ia lebih dari sekedar manusia. Bahkan orang orang yang tidak percaya kepada ajaran<br />

ajarannyapun mengagumi integritasnya yang tinggi, yang membuatnya berani mati daripada<br />

melanggar hati nuraninya.<br />

Usaha yang sungguh sungguh dilakukan untuk memperoleh persetujuan Luther untuk<br />

berkopromi dengan Roma. Kaum bangsawan dan para pangeran menyampaikan kepadanya<br />

bahwa jika ia tetap pada pendiriannya menentang gereja dan konsili, ia akan dilenyapkan dari<br />

kekaisaran, dan dia tidak akan mempunyai perlindungan lagi. Luther memberi jawaban kepada<br />

usaha ini, "Injil Kristus tidak dapat dikhotbahkan tanpa perlawanan . . . . Kalau begitu mengapa<br />

rasa takut atau cemas akan bahaya memisahkan aku dari Tuhanku dan dari firman Nya, yang<br />

adalah kebenaran satu satunya? Tidak. Lebih baik saya serahkan tubuhku, darahku dan<br />

hidupku." D'Aubigne, b. 7, Ch. 10.<br />

Sekali lagi ia didesak agar menyerah kepada pengadilan kaisar, dan kemudian tidak ada lagi<br />

yang perlu ditakutkan. "Aku setuju," jawabnya, "dengan segenap hatiku, agar kaisar, para<br />

pangeran dan bahkan orang Kristen yang paling hina, harus memeriksa dan menimbang karya<br />

karyaku, tetapi dengan satu syarat, bahwa mereka membuat firman Allah sebagai ukuran.<br />

Manusia tidak bisa berbuat lain selain menurutinya. Janganlah bertindak kejam terhadap hati<br />

nuraniku yang terikat dan terantai kepada Alkitab." Idem, b, Ch. 10. Kepada himbauan lain ia<br />

berkata, "Aku setuju melepaskan surat jaminan keselamatanku. Saya menempatkan diriku dan<br />

hidupku ditangan kaisar, tetapi firman Allah . . . sekali lagi tidak!" Idem, b. 7, Ch. 10. Ia<br />

mengatakan kesediaannya menyerah kepada keputusan konsili umum, tetapi hanya dengan<br />

syarat bahwa konsili diminta memutuskan sesuai dengan Alkitab. Selanjutnya ia menambahkan,<br />

"Dalam urusan apa firman Allah dan iman setiap orang Kristen disamakan dengan paus dalam<br />

menghakimi meskipun didukung oleh sejuta konsili." Martyn, Vo. I, p. 410. Akhirnya baik<br />

kawan maupun lawan yakin bahwa usaha usaha selanjutnya untuk perdamaian tidak akan ada<br />

gunanya.<br />

105

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!