15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat<br />

sebelum semuanya terjadi." (Mat. 5:17,18). Dan mengenaidiri- Nya sendiri Ia mengatakan,<br />

"Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Tauratmu ada dalamdada-Ku. (Maz. 40:9).<br />

Hukum Allah, dari sifatnya sendiri, tidak dapat diubah. Hukum itu adalah penyataan kehendak<br />

dan tabiat Penciptanya.<br />

Allah adalah kasih, dan hukum-Nya adalah kasih. Prinsip agungnya ialah mengasihi Allah<br />

dan mengasihi manusia. "Kasih adalah kegenapan hukum Taurat." (Rom. 13:10). Tabiat Allah<br />

ialah kebenaran; demikianlah sifat hukum-Nya. Pemazmur berkata, "Taurat-Mu benar," "segala<br />

perintah-Mu benar." (Maz. 119:142,172). Dan Rasul Paulus menyatakan, "Jadi hukum Taurat<br />

adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik." (Roma 7:12). Hukum seperti<br />

itu, yang menjadi penyataan pikiran dan kehendak Allah, sudah tentu sekekal Penciptanya.<br />

Pertobatan dan penyucianlah yang mendamaikan manusia kepada Allah, oleh membawa<br />

manusia itu selaras dengan hukum-Nya. Pada mulanya manusia diciptakan menurut peta Allah.<br />

Ia sangat selaras dengan sifat dan hukum Allah. Prinsip-prinsip kebenaran dituliskan di dalam<br />

hati. Tetapi dosa memisahkan dia dari Penciptanya. Ia tidak lagi memancarkan peta ilahi.<br />

Hatinya berperang dengan prinsip-prinsip hukum Allah. "Sebab keinginan daging adalah<br />

perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah, hal ini memang tidak<br />

mungkin baginya." (Roma 8:7). Tetapi "karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,<br />

sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal," agar manusia boleh diperdamaikan<br />

dengan Allah. Melalui jasa-jasa Kristus manusia itu bisa kembali selaras dengan Penciptanya.<br />

Hatinya harus diperbaharui oleh rahmat ilahi. Ia harus mempunyai hidup baru yang dari atas.<br />

Perubahan ini adalah kelahiran baru, tanpa itu kata Yesus "ia tidak bisa melihat kerajaan Allah."<br />

Langkah pertama dalam pendamaian kepada Allah ialah pengakuan dosa. "Dosa ialah<br />

pelanggaran hukum Allah." "Oleh hukum Taurat orang mengenal dosa." (1 Yoh. 3:4; Roma<br />

3:20). Agar dapat melihat dosanya, orang berdosa itu harus menguji tabiatnya dengan standar<br />

kebenaran Allah. Standar kebenaran itu adalah cermin yang menunjukkan penyempurnaan<br />

tabiat kebenaran, dan yang menyanggupkannya untuk melihat cacad pada dirinya. Hukum itu<br />

menunjukkan kepada manusia dosa-dosanya, tetapi tidak menyediakan obatnya. Sementara<br />

hukum itu menjanjikan hidup kepada yang menurut, ia menyatakan kematian menjadi bagian<br />

pelanggar. Hanya Injil Kristus saja yang dapat membebaskannya dari hukuman dan pencemaran<br />

dosa. Ia harus menunjukkan penyesalan kepada Allah, yang hukum-Nya telah dilanggar; dan<br />

iman kepada Kristus, korban pendamaiannya. Dengan demikian ia memperoleh "pengampunan<br />

dosa-dosa yang terjadi dahulu," dan menjadi ikut mengambil bagian dalam sifat ilahi. Ia adalah<br />

anak Allah yang telah menerima pengangkatan menjadi anak, dimana ia berkata, "Abba, ya<br />

Bapa!"<br />

Apakah sekarang ia bebas melanggar hukum Allah? Rasul Paulus berkata, Jika demikian,<br />

apakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami<br />

meneguhkannya." (Rom. 3:31). "Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih<br />

dapat hidup di dalamnya? (Rom, 6:2). Dan Yohanes menyatakan, "Sebab inilah kasih kepada<br />

Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat."<br />

312

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!