15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Wycliffe sepenuhnya megharapkan agar kehidupannya adalah harga kesetiaannya. Raja,<br />

paus dan para uskup bersatu untuk membinasakannya, dan hampir pasti bahwa paling tidak<br />

dalam beberapa bulan mendatang ia akan di bawa ke tiang gantungan. Tetapi keberaniannya<br />

tidak goyah. "Mengapa kamu berkata mahkota mati syahid itu jauh?" katanya. "Khotbahkanlah<br />

Injil Kristus kepada para pejabat tinggi kepausan, dan mati syahid akan pasti menimpamu. Apa?<br />

Saya harus hidup dan berdiam diri? . . . Tidak akan pernah! Biarlah maut itu datang, saya<br />

menunggu kedatangannya." -- D'Aubigne, b. 17, Ch. 8. Tetapi pemeliharaan Allah masih<br />

melindungi hamba-Nya. Orang yang seumur hidupnya telah berdiri teguh mempertahankan<br />

kebenaran dalam bahaya sehari-hari kehidupannya, tidak akan menjadi korban kebencian<br />

musuh-musuh kebenaran itu. Wycliffe tidak pernah mencari perlindungan dirinya sendiri, tetapi<br />

Tuhanlah menjadi perlindungannya. Dan sekarang, pada waktu musuh-musuhnya merasa pasti<br />

mengenai korbannya, tangan Allah memindahkannya jauh dari jangkauan mereka. Di gerejanya<br />

di Lutterworth, pada waktu ia hampir memulai perjamuan kudus, ia jatuh karena mendapat<br />

serangan kelumpuhan. Dan tidak berapa lama kemudian iapun meninggal dunia. Allah telah<br />

menunjuk Wycliffe kepada pekerjaan-Nya. Ia telah menaruh firman kebenaran itu di dalam<br />

mulutnya, dan Ia menjaganya agar firman ini boleh sampai kepada orang-orang. Kehidupannya<br />

telah dilindungi dan kerjanya dilanjutkan sampai dasar fondasi telah diletakkan bagi pekerjaan<br />

besar pembaharuan (reformasi).<br />

Wycliffe datang dari kekelaman Zaman Kegelapan. Belum ada seorangpun sebelum dia<br />

yang boleh ditirunya untuk membentuk sistem pembaharuannya. Dibesarkan seperti Yohanes<br />

Pembaptis untuk mengemban satu tugas, ia adalah pemberita era baru. Namun, dalam sistem<br />

kebenaran yang dinyatakannya ada kesatuan dan kesempurnaan yang tidak dilebihi oleh para<br />

Pembaharu yang mengikutinya kemudian, dan yang beberapa dari mereka tidak capai, bahkan<br />

pada seratus tahun kemudian. Begitu luas dan dalamnya fondasi itu diletakkan, begitu kuat dan<br />

benar kerangkanya sehingga tidak perlu di bangun kembali oleh mereka yang datang kemudian<br />

sesudah dia. Pergerakan besar yang sudah diresmikan oleh Wycliffe, yaitu yang memerdekakan<br />

hati nurani dan ineligensia, yang membebaskan bangsa-bangsa yang sudah begitu lama<br />

dibelenggu oleh kekusaan Roma, bersumber dari dalam Alkitab. Dari sinilah sumber mata air<br />

berkat, yang telah mengalir sepanjang zaman sejak abad keempatbelas, seperti mata air<br />

kehidpuan. Wycliffe menerima Alkitab dengan iman yang mutlak, seperti diilhamkan oleh<br />

penyataan kehendak Allah, sebagai aturan iman dan praktek yang lengkap. Ia telah di didik<br />

untuk menganggap Gereja Roma sebagai penguasa ilahi yang mutlak dan menerima tanpa raguragu<br />

kesucian pengajaran dan kebiasaan yang telah ditetapkan selama seribu tahun. Tetapi ia<br />

meninggalkan semua ini karena mendengarkan firman Allah yang suci. Firman inilah satusatunya<br />

penguasa yang ia himbau agar diakui oleh semua orang. Sebagai gantinya gereja<br />

berbicara melalui paus, ia menyatakan satu-satunya penguasa yang benar adalah suara Allah<br />

yang berbicara melalui firman-Nya. Dan ia mengajarkan bukan saja Alkitab itu sebagai<br />

penyataan kehendak Allah yang sempurna, tetapi bahwa Roh Suci adalah penerjemah satusatunya,<br />

dan bahwa setiap orang harus mempelajari tugas-tugas untuk diri sendiri, oleh<br />

mempelajari pengajaran firman itu. Dengan demikian ia membalikkan pikiran orang-orang dari<br />

paus dan Gereja Roma kepada firman Allah.<br />

53

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!