15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

dalam kamarnya. Ia didapati terus belajar atau berdoa, dan sangat heran, dilaporkan bahwa<br />

orang bidat paling sedikit “sangat saleh.”<br />

Pada pertemuan itu, “Eck dengan angkuhnya naik ke mimbar yang telah dihiasi dengan<br />

indahnya, sementara Oecolampadius yang berpakaian sederhana, telah dipaksa duduk di atas<br />

bangku yang diukir dengan kasar, tepat di hadapan lawannya.”—Ibid. Suara Eck yang keras dan<br />

kepercayaan diri yang tak terbatas tidak pemah hilang. Semangatnya dirangsang oleh<br />

pengharapan akan mendapat upah emas dan kemasyhuran, karena pembela iman ini akan diberi<br />

upah yang besar. Bilamana argumentasi terbaik gagal, ia akan menghina dan bahkan bersumpah.<br />

Oecolampadius, yang sederhana dan yang tidak mempercayai diri sendiri, telah merasa gentar<br />

dalam pertempuran itu, lalu ia memasuki pertarungan itu dengan satu pengakuan yang tenis<br />

terang, “Saya tidak mengakui standar penghakiman selain firman Allah.”—Ibid. Meskipun<br />

bertingkah laku lembut dan sopan, ia membuktikan dirinya sanggup dan tabah menghadapi<br />

serangan. Sementara penganut Romanisme, sesuai dengan kebiasaan mereka berpegang pada<br />

wewenang dan kebiasaan gereja, sedangkan Pembaru berpegang teguh pada Alkitab yang suci.<br />

“Kebiasaan,” katanya, “tidak mempunyai kekuatan di negeri kita Swiss, kecuali sesuai dengan<br />

undang-undang. Sekarang, dalam masalah iman, Alkitab itulah kitab undang-undang kita.”—<br />

Ibid.<br />

Perbedaan antara ke<strong>dua</strong> pedebat itu bukan tanpa efek. Pertimbangan Pembaru tenang dan<br />

jelas, yang disampaikan dengan lembut dan sederhana, menarik perhatian dan membalikkan<br />

kesombongan dan keributan Eck yang menjijikkan. Perdebatan itu berlangsung selama delapan<br />

belas hari. Pada penutup-annya, para pengikut kepausan dengan yakin mengatakan mereka<br />

meraih kemenangan. Kebanyakan para utusan memihak kepada Roma, dan Mah-kamah<br />

mengumumkan kekalahan Pembaru, dan menyatakan agar mereka bersama pemimpin mereka,<br />

Zwingli, dipecat dari gereja. Tetapi hasil per-temuan itu menyatakan pihak mana yang<br />

beruntung. Perdebatan itu meng-hasilkan suatu dorongan kuat bagi pergerakan Protestan, dan<br />

tidak lama sesudah itu kota-kota penting Bern dan Basel menyatakan ikut Pembaruan.<br />

118

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!