15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

berperangai halus ia memperkenalkan <strong>Spiritual</strong>isme itu dalam aspek-aspeknya yang lebih halus<br />

dan intelek, dengan demikian berhasil menarik banyak orang kepada jeratnya. Hikmat yang<br />

diberikan oleh <strong>Spiritual</strong>isme adalah hikmat seperti yang dijelaskan oleh Rasul Yakobus, "Itu<br />

bukanlah hikmat yang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan." (Yak.<br />

3:15). Namun hal ini disembunyikan oleh penipu besar itu, bilamana tindakan menyembunyikan<br />

ini sesuai benar dengan maksud tujuannya.<br />

Ia yang dapat tampak berpakaian dengan cahaya serafim surgawi di hadapan Kristus di<br />

padang belantara pencobaan, datang kepada manusia dengan cara yang paling menarik, sebagai<br />

malaikat terang. Ia menarik perhatian dengan menyampaikan tema-tema pembicaraan yang<br />

meningkatkan pikiran. Ia menggembirakan angan-angan dengan pemandangan-pemandangan<br />

yang mempesona. Dan ia berhasil memperoleh kasih sayang melalui uraiannya yang fasih<br />

mengenai kasih dan kemurahan hati. Ia membangkitkan angan- angan hati kepada keangkuhan,<br />

menuntun manusia untuk sangat membanggakan hikmat mereka, sehingga di dalam hati mereka<br />

membenci Yang Kekal itu. Makhluk luar biasa itu, yang sanggup membawa Penebus dunia ke<br />

atas gunung yang sangat tinggi, dan yang memperlihatkan di hadapan-Nya semua kerajaan<br />

dunia dengan kemuliaan mereka, akan menyatakan pencobaan-pencobaannya kepada manusia<br />

sedemikan rupa untuk menyesatkan pancaindera semua orang yang tidak dilindungi oleh kuasa<br />

ilahi.<br />

Setan memperdayakan manusia sekarang sama seperti ia memperdayakan Hawa di Taman<br />

Eden dengan sanjungan, dengan menyulut suatu keinginan untuk memperoleh pengetahuan<br />

yang terlarang dengan membangkitkan ambisi untuk meninggikan diri sendiri. Kecintaan<br />

kepada kejahatan-kejahatan inilah yang menyebabkan kejatuhan Setan, dan melalui ini ia<br />

bertujuan untuk memnghancurkan dunia. "Dan kamu akan menjadi seperti Allah." katanya,<br />

"tahu tentang yang baik dan yang jahat." (Kej. 3:5). <strong>Spiritual</strong>isme mengajarkan bahwa "manusia<br />

itu adalah makhluk yang berkembang; bahwa adalah tujuannya sejak lahir untuk berkembang<br />

hingga kepada kekekalan, kepada keadaan yang menjadi sama dengan Allah." Dan lagi, "Setiap<br />

pikiran seseorang akan menghakimi diri sendiri, dan bukan pikiran orang lain." "Penghakiman<br />

itu akan benar, sebab penghakiman itu adalah penghakiman diri sendiri . . . . Takhta itu di dalam<br />

dirimu." Seorang guru <strong>Spiritual</strong>isme berkata, pada waktu "kesadaran spiritual" timbul di dalam<br />

dirinya, "Sesamaku manusia, semuanya adalah dewa-dewa yang tidak jatuh." Dan yang lainnya<br />

mengatakan, "Setiap makhluk yang benar dan sempurna adalah Kristus." Dengan demikian, di<br />

tempat kebenaran dan kesempurnaan Allah yang tak terbatas, yang menjadi tujuan yang benar<br />

penyembahan, dan di tempat kebenaran sempurna hukum-Nya, yang menjadi standar yang<br />

benar mengenai pencapaian manusia, Setan telah menggantikannya dengan manusia yang<br />

bersifat berdosa dan bersalah sebagai satu-satunya obyek penyembahan dan pemujaan, sebagai<br />

satu-satunya aturan penghakiman atau ukuran tabiat. Ini memang adalah kemajuan, bukan<br />

menuju ke atas, tetapi menuju ke bawah.<br />

Adalah hukum alamiah, baik intelektual maupun spiritual, bahwa oleh memandang kita<br />

berubah. Pikiran secara berangsur-angsur menyesuaikan diri kepada masalah-masalah yang<br />

memenuhi pikiran itu. Pikiran itu menjadi berbaur dengan apa yang telah biasa dikasihi dan<br />

374

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!