15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Zwingli mengajar orang-orang untuk melanggar hukum-hukum gereja, dengan demikian<br />

membahayakan perdamaian dan ketertiban masyarakat. la mengatakan, jikalau wewenang<br />

gereja dikesampingkan, akibatnya akan timbul anarki dimana-mana. Zwingli menjawab bahwa<br />

ia telah empat tahun mengajarkan Injil di Zurich, “yang telah lebih tenang dan lebih damai dari<br />

kotakota lain di konfederasi ini ” “Bukankah,” katanya, “Kekristenan adalah pengawal<br />

keamanan umum?”—Wylie, b. 8, psl. 11.<br />

Para utusan itu menasihatkan para anggota konsili untuk tetap bertahan di dalam gereja,<br />

karena di luar itu, seperti yang mereka nyatakan, tidak ada keselamatan. Zwingli menanggapi,<br />

“Jangan biarkan tuduhan ini menggoncangkan kamu. Dasar gereja adalah Batu yang sama,<br />

Kristus yang sama, yang memberikan nama kepada Petrus oleh karena ia mengakui-Nya dengan<br />

jujur. Dari segenap bangsa, barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan segenap hati<br />

akan diterima oleh Allah. Inilah sebenarnya gereja itu, yang di luar ini tak seorang pun dapat<br />

selamat.”—D ‘Aubigne, b. 8, psl. 11. Sebagai hasil dari pertemuan itu, salah seorang deputi<br />

uskup menerima iman yang dibarui itu.<br />

Konsili menolak mengambil tindakan terhadap Zwingli. Oleh sebab itu Roma bersiap-siap<br />

mengadakan serangan baru. Setelah mengetahui rencana jahat musuh-musuhnya, Pembaru itu<br />

berseru, “Biarlah mereka datang; saya takut kepada mereka sebagai sebuah gunung batu<br />

menghadapi pukul-banyak yang merasa betapa sia-sianya dan tidak bergunanya surat pengampunan<br />

dosa yang baru saja mereka beli. Mereka merindukan landasan iman yang lebih pasti.<br />

Zwingli di Zurich diserang penyakit. Ia menderita begitu parah sehingga tidak ada harapan<br />

untuk sembuh. Bahkan laporan yang tersebar luas mengatakan bahwa ia telah meninggal. Pada<br />

saat yang kritis itu, pengharapan dan keberaniannya tetap tidak goyah. Ia memandang dalam<br />

iman kepada salib di bukit Golgota, dan mempercayai pendamaian yang sempuma bagi dosa.<br />

Setelah ia terlepas dari bahaya maut itu, ia mengkhot-bahkan Injil dengan semangat yang lebih<br />

berapi-api dari sebelumnya. Katakatanya mengandung kuasa yang luar biasa. Orang-orang<br />

menyambut de-ngan sukacita, pendetanya yang kembali dari tepi liang kubur kepada mereka.<br />

Mereka sendiri baru kembali dari menolong orang sakit dan yang hampir mati. Mereka<br />

merasakan manfaat Injil seperti yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Zwingli telah<br />

sampai kepada pengertian kebenaran yang lebih jelas, dan telah mengalami lebih sempuma<br />

kuasa memperbarui kebenaran itu. Kejatuhan manusia dan rencana penebusan adalah pokokpokok<br />

penting yang dia pikirkan. “Di dalam Adam,” katanya, “kita semua mati, tenggelam<br />

dalam kebejatan dan kutuk.”—Wylie, b. 8, psl. 9.<br />

“Kristus, ...telah membeli penebusan kekal bagi kita —Penderitaan-Nya adalah...<br />

pengorbanan kekal, dan yang selamanya dapat menyembuhkan. Pengorbanan itu memenuhi<br />

keadilan Ilahi selama-lamanya demi kepentingan semua yang bergantung kepada-Nya, dengan<br />

iman yang teguh dan tidak goyah.” Namun demikian ia dengan jelas mengajarkan bahwa<br />

manusia, karena kemurahan Kristus, tidak bebas untuk terus berbuat dosa. “Di mana saja ada<br />

iman kepada Allah, disitu Allah ada. Dan di mana saja Allah tinggal, di situ ada semangat yang<br />

mendorong dan mendesak manusia melakukan pekerjaan-pekerjaan baik.”—D’Aubigne, b. 8,<br />

psl. 9. Begitu luas perhatian terhadap khotbah Zwingli sehingga katedral me-limpah dipenuhi<br />

115

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!