15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

memegang iman dan praktek seperti ini terdapat di Afrika tengah dan di antara orang-orang<br />

Armenia di Asia.<br />

Tetapi dari antara mereka yang menolak pelanggaran kekuasaan kepausan itu, orang-orang<br />

Waldenseslah yang berdiri paling depan. Di negeri dimana kepausan telah memantapkan<br />

kedudukannya, maka kepalsuannya dan kebejatannyalah yang paling di tentang. Selama<br />

berabad-abad jemaat-jemaat di Piedmont mempertahankan kebebasan mereka. Tetapi waktunya<br />

akhirnya tiba pada waktu Roma memaksa mereka menyerah. Setelah dengan sia-sia berjuang<br />

melawan kekejaman Roma, para pemimpin jemaat ini dengan enggan mengakui supremasi<br />

kekuasaan kepausan, kepada siapa nampaknya seluruh dunia memberi pengakuan tanda takluk.<br />

Namun, ada sebagian orang yang menolak patuh kepada kekuasaan paus atau pejabatpejabatnya.<br />

Mereka memutuskan untuk tetap mempertahankan kesetiaannya kepada Allah, dan<br />

memelihara kemurnian dan kesederhanaan iman mereka. Maka pemisahanpun terjadi. Mereka<br />

yang bergabung pada iman yang dahulu, sekarang mengasingkan diri. Sebagian mereka<br />

meninggalkan Alpen, negeri leluhur mereka, dan mengangkat panji-panji kebenaran di negeri<br />

asing. Sebagian yang lain mengasingkan diri ke lembah-lembah sempit dan celah-celah bukit<br />

terjal. Di tempat-tempat ini mereka memelihara kebebasan mereka menyembah Allah.<br />

Iman yang selama berabad-abad di pegang dan diajarkan oleh orang-orang Kristen<br />

Waldenses sangat bertentangan dengan doktrin palsu yang dikemukakan oleh Roma.<br />

Kepercayaan agama mereka di dapat dari firman Allah yang tertulis, sistem Kekristenan yang<br />

benar. Tetapi petani-petani yang rendah hati ini, di tempat pengasingan mereka yang<br />

tersembunyi dan tertutup dari dunia luar, dan yang harus mengerjakan pekerjaan mereka seharihari<br />

menggembalakan ternak dan memelihara kebun anggur, belum sampai kepada kebenaran<br />

yang menentang dogma dan ajaran gereja yang murtad itu. Iman mereka bukanlah iman yang<br />

baru saja di terima. Kepercayaan agama mereka adalah warisan dari leluhur mereka. Mereka<br />

merasa puas dengan jemaat kerasulan -- "iman yang telah disampaikan kepada orang kudus"<br />

( Yudas 3). "Jemaat di padang belantara," bukan hierarkhi yang dengan sombongnya bertahta di<br />

ibu kota besar dunia, adalah jemaat Kristus yang benar, penjaga kebenaran yang Allah suruh<br />

umat-Nya berikan kepada dunia ini.<br />

Salah satu sebab utama yang menyebabkan pemisahan jemaat yang benar dari Roma, ialah<br />

kebencian Roma kepada hari Sabat Alkitab. Sebagaimana diberitahukan oleh nubuatan,<br />

kekuasaan kepausan membuangkan kebenaran itu. Hukum Allah diinjak-injak, sementara tradisi<br />

dan adat kebiasaan manusia ditinggikan. Gereja-gereja yang telah di bawah kekuasaan kepausan<br />

dari mulanya telah di paksa untuk menghormati hari Minggu sebagai hari kudus. Di tengahtengah<br />

kesalahan dan takhyul yang merajalela itu, banyak yang menjadi bingung, sementara<br />

mereka yang memelihara hari Sabat, mereka juga tidak bekerja pada hari Minggu. Hal ini tidak<br />

memuaskan para pemimpin kepausan. Mereka di tuntut bukan saja menyucikan hari Minggu,<br />

tetapi harus menajiskan hari Sabat. Dan mereka akan mengumumkan dan mencaci-maki dengan<br />

bahasa yang paling keras, mereka yang berani menghormati hari Sabat. Hanya dengan melarika<br />

diri dari kekuasaan Roma saja seseorang dapat menuruti hukum Allah di dalam kedamaian.<br />

33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!