15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

keemasan.”—D’Aubigne, “History of the Reformation in the Time of Calvin,” b. 2, psl. 16. Ia<br />

sudah mau menyaksikan imannya dihadirat Raja segala raja dan alam semesta yang<br />

menyaksikannya, dan tidak ada tanda dukacita yang menodai sukacitanya.<br />

Ketika arak-arakan bergerak perlahan melalui jalan-jalan yang sudah dipadati orang, orangorang<br />

merasa heran melihat pembawaannya yang penuh kedamaian yang tidak terselubung dan<br />

sukacita kemenangan. Kata mereka, “Ia seperti seseorang yang duduk di sebuah bait suci dan<br />

mere-nungkan perkara-perkara suci.”—Wylie, b. 13, psl. 9. Dari tiang gantungan, Berquin<br />

berupaya mengucapkan beberapa perkataan kepada orang banyak. Tetapi para biarawan, yang<br />

takut akan akibatnya, mulai berteriak, dan para prajurit membentur-benturkan senjata mereka<br />

sehingga suara berisik itu menghilangkan suara sang syuhada. Demikianlah pada tahun 1529<br />

penguasa negara dan gereja kota Paris yang sudah beradab, “telah memberikan contoh yang<br />

paling buruk kepada penduduk tahun 1793, yang mendiamkan kata-kata suci orang yang sedang<br />

berada di panggung hukuman mati.”—Ibid.<br />

Berquin dicekik dengan tali, dan tubuhnya hangus dimakan api. Berita kematiannya<br />

menimbulkan dukacita pada sahabat-sahabat Pembaruan di seluruh Perancis. Tetapi teladannya<br />

tidak hilang. “Kita juga siap,” kata saksisaksi kebenaran itu, “menghadapi kematian dengan<br />

sukacita, menunjukkan pandangan kita pada kehidupan yang akan datang.”— D’Aubigne,<br />

“History of the Reformation in the Time of Calvin,” b. 2, psl. 16. Selama penganiayaan di<br />

Meaux, guru-guru iman yang diperbarui itu tidak diizinkan untuk berkhotbah, dan mereka pergi<br />

ke ladang-ladang yang lain. Lefevre kemudian pergi ke Jerman. Dan Farel kembali ke kota<br />

asalnya di bagian Timur Perancis, untuk menyebarkan terang di tempat masa kanakkanaknya.<br />

Telah diterima kabar mengenai apa yang teijadi di Meaux, dan kebenaran yang diajarkannya<br />

dengan tidak mengenal rasa takut, mendapat tempat di dalam hati para pendengar. Segera para<br />

penguasa bangkit untuk membungkamkannya, dan ia telah menghilang dari kota. Walaupun ia<br />

tidak bisa lagi bekerja dengan terang-terangan, ia menjelajahi lembah dan desa-desa mengajar<br />

di rumah-rumah tinggal pribadi, dan di padang-padang terpencil, dan berlindung di hutan-hutan<br />

dan di celah-celah bukit batu yang telah sering dikunjunginya semasa kecilnya. Allah<br />

mempersiapkannya bagi pencobaan yang lebih besar. “Salib-salib, penganiayaan-penganiayaan<br />

dan persekongkolan Setan, yang telah lebih dahulu diamarkan kepadaku, tidak berkurang,”<br />

katanya, “bahkan lebih berat daripada yang dapat saya tanggung. Tetapi Allah adalah Bapaku,<br />

Ia telah memberikan dan akan terus memberikan kekuatan yang saya perlukan.”—D', Aubigne,<br />

b. 12, psl. 9.<br />

Sebagaimana pada zaman rasul-rasul, penganiayaan telah “menyebab-kan kemajuan Injil.”<br />

(Filipi 1:12). Diusir dari Paris dan Meaux, “mereka yang tersebar itu menjelajahi seluruh negeri<br />

sambil memberitakan Injil.” (<strong>Kisah</strong> 8:4). Dan demikianlah terang itu memasuki beberapa<br />

propinsi terpencil di Perancis. Allah masih terus menyediakan pekerja-pekerja untuk<br />

meluaskan pe-kerjaan. Di salah satu sekolah di Paris ada seorang pemuda pendiam dan yang<br />

penuh perhatian, la telah memperlihatkan kemampuan pikirannya dan kemurnian hidupnya,<br />

semangat intelektualnya dan pengabdian agamanya. Kecerdasannya yang menonjol telah<br />

membuatnya menjadi kebanggaan perguruan tinggi di mana ia kuliah, dan telah diperkirakan<br />

143

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!