15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

kalender Romawi. Pikirannya dibanjiri oleh terang Ilahi. Dalam kekagumannya dan<br />

kemuakannya ia meninggalkan tugasnya itu, dan membaktikan dirinya kepada firman Allah.<br />

Kebenaran-kebenaran yang berharga yang ditemukannya di sana segera diajarkannya.<br />

Pada tahun 1512 sebelum Luther maupun Zwingli memulai pekerjaan pembaharuan,<br />

Lefevre menulis, “Aliahlah yang mengaruniakan kepada kita, oleh iman, kebenaran yang hanya<br />

oleh karena karunia, membenarkan kita bagi hidup kekal.”-Wylie, b. 13, psl. 1. Berpegang pada<br />

rahasia penebusan, ia berkata, “Oh, betapa tak terkatakan besamya penggantian itu. Yang tak<br />

berdosa menanggung hukuman, dan ia yang bersalah dibebaskan. Yang diberkati menanggung<br />

kutuk, dan yang terkutuk dibawa kepada berkat. Kehidupan itu mati, dan yang mati itu<br />

dihidupkan. Yang Mulia masuk ke dalam kegelapan, dan dia yang tidak tahu apa-apa selain<br />

bermuka kebingungan, disalut dengan kemuliaan—D', Aubigne, b. 12, psl. 2.<br />

Dan sementara ia mengajarkan bahwa kemuliaan keselamatan sematamata adalah milik<br />

Allah, ia juga menyatakan bahwa tugas penurutan adq. lah milik manusia. “Jika engkau adalah<br />

anggota gereja Kristus,” katanya, “engkau adalah anggota tubuh-Nya. Jika engkau adalah<br />

anggota tubuh- Nya, maka engkau penuh dengan alamiah Ilahi . . . . Oh, sekiranya manusia<br />

memahami peluang ini, betapa mumi, bersih, dan suci kehidupan mereka dan betapa kejinya<br />

kemuliaan dunia ini dibandingkan dengan kemuliaan yang ada dalam diri mereka yaitu<br />

kemuliaan yang tidak dapat dilihat oleh mata.” —Idem. Ada beberapa mahasiswa Lefevre yang<br />

mendengarkan perkataannya dengan sungguh-sungguh, dan terus menyatakan kebenaran, lama<br />

sesudah suara gurunya itu didiamkan. Salah seorang di antaranya ialah William Farel. Ia adalah<br />

anak dan orangtua yang saleh dan dididik menerima, de-ngan iman yang sungguh-sungguh,<br />

ajaran-ajaran gereja. Sehingga ia boleh berkata mengenai dirinya seperti Rasul Paulus, “Aku<br />

telah hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama kita.”<br />

(<strong>Kisah</strong> 26:5). Sebagai seorang pengikut Roma yang taat, dengan semangat yang berapi-api ia<br />

berusaha membinasakan semua mereka yang berani menentang gereja. “Saya akan<br />

menggertakkan gigiku bagaikan serigala yang ganas,” katanya kemudian waktu berbicara<br />

mengenai dirinya waktu itu, “bilamana saya mendengar seseorang berbicara menentang<br />

paus.”—Wylie, b. 13, psl. 2.<br />

Ia tidak mengenal lelah memuja para orang saleh. Bersama-sama dengan Lefevre<br />

mengunjungi gereja-gereja di Paris, beribadat di mezbahmezbah dan memuja dengan<br />

persembahan-persembahan di tempat-tempat pemujaan kudus. Tetapi semuanya ini tidak dapat<br />

membawa kedamaian kepada jiwanya. Perasaan berdosa terus melekat pada dirinya, yang tidak<br />

dapat dihapuskan oleh semua tindakan pemujaan yang dilakukannya. Ia mendengarkan katakata<br />

Pembaru sebagai suara dari surga, “Keselamatan adalah kasih karunia Allah.” “Yang kudus<br />

dihukum, dan penjahat dibebaskan.” “Hanya salib Kristus saja yang sanggup membuka pintu<br />

gerbang surga, dan menutup pintu gerbang neraka.” —Wylie, b. 13, psl. 2.<br />

Farel menerima kebenaran dengan sukacita. Oleh pertobatan seperti yang dialami oleh Rasul<br />

Paulus, ia beralih dari perhambaan tradisi kepada kemerdekaan anak-anak Allah. “Gantinya<br />

memiliki hati seorang pembunuh bagaikan serigala yang kelaparan,” katanya, “ia menjadi<br />

seperti seekor anak domba yang lembut dan tak berbahaya, karena hatinya seluruhnya telah<br />

139

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!