15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

mempunyai tubuh yang hina akan diubahkan, "sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia.<br />

(Fil. 3:21).<br />

Dengan cara yang sama, lambang-lambang yang berhubungan dengan kedatangan ke<strong>dua</strong><br />

kali harus digenapi pada waktu yang ditentukan dalam lambang upacara kaabah. Di bawah<br />

tatanan Musa, penyucian kaabah, atau harigarfirat atau hari Pendamaian, dilakukan pada hari ke<br />

sepuluh bulan yang ke tujuh penanggalan Yahudi (Imamat 16:29-34). Pada waktu imam besar<br />

keluar dari dalam kaabah dan memberkati orang Israel setelah ia menadakan penyucian bagi<br />

semua bangsa itu, dan dengan demikian menghapuskan dosa mereka dari dalam kaabah. Jadi<br />

dipercayai bahwa Kristus, Imam Besar Agung kita, akan datang untuk menyucikan dunia ini<br />

oleh membinasakan dosa dan orang-orang berdosa, dan memberkati umat-Nya yang<br />

menantikan-Nya dengan berkat kekekalan. Hari kesepuluh dari bulan ketujuh, hari besar<br />

penyucian, hari Grafirat, waktu penyucian kaabah, yang pada tahun 1844 jatuh pula tanggal 22<br />

Oktober, dianggap sebagai hari kedatangan Tuhan. Ini sesuai dengan bukti-bukti yang sudah<br />

dikemukakan, bahwa masa 2300 hari akan berakhir pada musim gugur, dan kesimpulan itu<br />

kelihatannya tidak dapat ditolak.<br />

Dalam perumpamaan Marius 25, masa menunggu dan mengantuk diikuti oleh kedatangan<br />

mempelai laki-laki. Ini sesuai dengan argumentasi yang baru saja dikemukakan, baik dari<br />

nubuatan maupun dari lambang-lambang. Ke<strong>dua</strong>nya membawa keyakinan yang kuat akan<br />

kegenapannya, dan "seruan di tengah malam" itu telah disiarkan oleh ribuan orang percaya.<br />

Bagaikan gelombang pasang, pergerakan ini menyapu seluruh negerei. Dari kota ke kota, dari<br />

kampung ke kampung dan ke tempat-tempat yang jauh terpencil pekabaran itu disampaikan,<br />

sampai umat Tuhan yang menunggu benar-benar dibangunkan. Kefanatikan lenyap sebelum<br />

pengumuman ini bagaikan embun pagi sebeleum matahari terik. Orang-orang percaya melihat<br />

kebingungan dan kebimbangan mereka dibuangkan, dan pengharapan serta keberanian<br />

menggerakkan hati mereka. Pekerjaan ini terbebas dari ekstrim yang biasanya selalu menandai<br />

bilamana kebangunan manusia tanpa pengendalian pengaruh firman dan Roh Allah. Sama<br />

halnya dengan orang Israel zaman dahulu yang merendahkan diri dan kembali kepada Tuhan<br />

setelah adanya pekabaran teguran dari hamba-hamba Tuhan. Pekerjaan itu mempunyai ciri yang<br />

menandai pekerjaan Allah pada segala zaman. Hanya sedikit saja perasaan sangat gembira,<br />

tetapi lebih suka menyelidiki hati, pengakuan dosa, dan melupakan keduniawaian. Beban roh<br />

mereka yang menderita adalah persiapan untuk bertemu dengan Tuhan. Ada doa untuk<br />

ketabahan, dan penyerahan tanpa pamrih kepada Allah.<br />

Miller berkata, dalam menjelaskan pekerjaan itu, Tidak ada pernyataan sukacita yang besar:<br />

yaitu sepertinya disembunyikan untuk peristiwa di masa datang, di mana semua Surga dan<br />

dunia akan bersukacita bersama dengan sukacita yang tak terucapkan dan yang penuh<br />

kemuliaan. Tidak ada teriakan: inipun, dicadangkan bagi teriakan dari Surga. Penyanyipenyanyi<br />

diam: mereka menunggu untuk bergabung dengan rombongan malaikat, pa<strong>dua</strong>n suara<br />

dari Surga . . . . Tidak ada bentrokan perasaan: semua sehati dan sepikir." -- Bliss, "Memoirs of<br />

Wm. Miller," pp. 270,271. Seorang lain yang berpatisipasi dalam pergerakan ini menyaksikan,<br />

265

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!