15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

‘Tidak mungkin ini Injil Kristus,” desak para imam, “karena dengan mengkhotbahkannya tidak<br />

membawa damai, melainkan perang “—Wylie, b. 14, psl. 3.<br />

Sebagaimana murid-murid yang mula-mula, bilamana dianiaya di suatu kota ia pergi ke kota<br />

lain. Dari desa ke desa, dari kota ke kota, ia pergi berjalan kaki menahan lapar, dingin dan<br />

keletihan, dan di mana-mana hidupnya terancam bahaya. Ia berkhotbah di pasar-pasar, di<br />

gereja-gereja, kadang-kadang di mimbar katedral. Kadangkadang ia mendapati gereja itu<br />

kosong tanpa pendengar. Suatu waktu khotbahnya diganggu dengan teriakan dan cemoohan.<br />

Untuk kesekian kalinya ia diseret dengan kasar dari mimbar. Lebih dari sekali ia diserang orang<br />

gembel, dan dipukuli hampir mati. Namun, ia terus maju. Walaupun ia sering ditolak, tetapi<br />

dengan tidak mengenal lelah ia datang kembali. Ia melihat kota-kota kecil dan besar yang<br />

menjadi benteng kepausan, satu demi satu membuka pintu gerbangnya bagi kabar Injil. Gereja<br />

kecil, di mana ia pertama sekali bekerja, tidak lama kemudian menerima iman yang diperbarui<br />

itu. <strong>Kota</strong>-kota Morat dan Neuchatel juga menolak upacaraupacara Romawi, dan membuangkan<br />

patung-patung berhala dari gerejagereja mereka.<br />

Farel sudah sejak lama ingin menanamkan standar Protestan di Geneva. Jika sekiranya kota<br />

ini bisa dimenangkan, kota ini akan menjadi pusat Pembaruan di Perancis, Swiss dan Italia.<br />

Dengan pemikiran ini di benaknya, ia meneruskan pekerjaannya, sehingga banyak kota dan<br />

desa di sekitarnya telah dimenangkan. Kemudian, bersama seorang teman, ia memasuki kota<br />

Geneva. Tetapi hanya <strong>dua</strong> khotbah yang diizinkan dikhotbahkan. Karena gagal berusaha<br />

menghukumnya melalui penguasa sipil, imam-imam memanggilnya menghadap majelis<br />

rohaniwan. Mereka datang ke majelis itu dengan membawa senjata yang disembunyikan di<br />

balik jubahnya. Mereka bermaksud untuk menghabisi nyawanya. Di luar gedung, segerombolan<br />

rakyat yang mengamuk dengan membawa pemukul dan pedang telah menanti untuk<br />

membunuhnya, jika seandainya ia berhasil melarikan diri dari majelis itu. Akan tetapi,<br />

kehadiran para hakim dan tentara di dalam majelis menyelamatkan nyawanya. Besoknya pagipagi<br />

benar ia bersama temannya dituntun melalui danau ke tempat yang aman. Dengan<br />

demikian berakhirlah usahanya yang pertama untuk memberitakan Injil di Geneva.<br />

Pada usaha berikutnya, dipilih alat yang lebih sederhana—seorang pemuda yang<br />

berpenampilan sederhana, sehingga ia disambut dingin bahkan oleh mereka yang mengaku<br />

sahabat-sahabat pembaruan. Tetapi apalah yang bisa dilakukan oleh orang yang seperti itu, di<br />

mana Farel pun sudah ditolak? Bagaimana mungkin seorang yang kurang berani dan kurang<br />

pengalaman dapat menahan topan di mana seorang yang paling berani dan paling kuat sekalipun<br />

telah terpaksa melarikan diri? “Bukan dengan keperkasaan, dan bukan dengan kekuatan,<br />

melainkan dengan roh-Ku, firman Tuhan semesta alam.’’(Zakaria 4:6). “Apa yang lemah bagi<br />

dunia, dipilih Alah untuk memalukan yang kuat.” “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar<br />

hikmatnya daripada manusia, dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia.” (1<br />

Korintus 1:27,25).<br />

Froment memulai pekerjannya sebagai guru sekolah. Kebenaran yang diajarkannya kepada<br />

murid-murid di sekolah, diulangi oleh murid-murid itu di rumah mereka. Tidak lama kemudian<br />

para orang tua datang untuk mendengarkan Alkitab diterangkan, sehingga ruang kelas penuh<br />

152

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!