15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

pembaharuan itu telah dibunuh dengan siksaan yang kejam. Raja dan para bangsawan, para<br />

wanita ningrat dan wanita-wanita cantik, kebanggaan dan pahlawan-pahlawan bangsa, telah<br />

berpesta pora di atas penderitaan para syuhada Yesus. Orang-orag Huguenots pemberani, yang<br />

berjuang demi hak-hak yang hati nuraninya menganggap suci, telah mencurahkan darahnya<br />

dalam berbagai medan pertempuran berat. Orang-orang Protestan dianggap sebagai penjahat,<br />

binatang liar yang harga per kepala telah ditentukan. Dan mereka diburu seperti layaknya<br />

binatang liar.<br />

“Gereja di Padang Belantara” keturunan orang-orang Kristen kuno yang tidak seberapa<br />

jumlahnya, yang masih bertahan tinggal di Perancis pada abad ke delapan belas, dan juga<br />

bersembunyi di pegunungan sebelah Selatan, masih tetap mengasihi iman leluhur mereka. Pada<br />

waktu mereka mengambil risiko berkumpul pada malam hari di kaki bukit atau di tanah yang<br />

bersemak-semak yang terpencil, mereka dikejar-kejar oleh tentara berkuda, dan diseret<br />

dijadikan budak seumur hidup di dapur kapal-kapal. Orang-orang Perancis yang termurni,<br />

terhalus dan terpintar dirantai, dan disiksa dengan kejam di tengah-tengah perampok dan<br />

pembunuh bayaran.” — Lihat Wylie, b. 22, Ch. 6.<br />

Yang lain diperlakukan dengan lebih berbelas kasihan, ditembak oleh penembak berdarah<br />

dingin sebagai orang-orang yang tak bersenjata dan tanpa pertolongan, mereka jatuh terduduk<br />

berdoa. Ratusan orang-orang tua dan wanita-wanita yang tak berdaya dan anak-anak yang tak<br />

berdosa mati terkapar di atas tanah tempat mereka berkumpul. Dalam menjelajahi kaki bukit<br />

atau hutan-hutan, dimana mereka biasanya berkumpul, bukan suatu yang luar biasa menemukan<br />

“pada setiap empat langkah menemukan mayat-myt bergelimpangan di rumput dan mayatmayat<br />

yang bergelantungan dari pohon-pohon.” Negeri mereka menjadi tandus oleh pedang,<br />

kampak, tumpukan kayu bakar, “telah diubah menjadi satu padang gurun yang seram dan luas.”<br />

“Kekejaman ini diberlakukan . . . bukan pada zaman kegelapan, tetapi zaman kejayaannya<br />

Louis XIV. Ilmu pengetahuan dikembangkan, kesusasteraan bertumbuh subur, pejabat-pejabat<br />

istana dan pemuka-pemuka ibukota adalah orang-orang terdidik dan yang fasih lidah, sehingga<br />

sangat mempengaruhi kasih karunia kelemah-lembutan dan kedermawanan.” — Wylie, b. 22,<br />

Ch. 7.<br />

Tetapi kejahatan yang paling buruk dari daftar hitam kejahatan, perbuatan yang paling ngeri<br />

dari semua perbuatan Setan sepanjang abad-abad yang penuh dengan kekejaman, ialah<br />

Pembantaian massal di St. Bartolomeus. Dunia masih gemetar ketakutan mengenang peristiwa<br />

penyerangan pengecut dan kejam itu. Raja Perancis didesak oleh imam-imam dan pejabatpejabat<br />

tinggi gereja Roma untuk memberikan persetujuannya kepada pekerjaan yang<br />

mengerikan itu. Sebuah lonceng yang dibunyikan pada malam yang gelap itu adalah suatu tanda<br />

bagi para pembantai. Ribuan orang-orang Prostestan yang sedang tidur nyenyak di rumah<br />

masing-masing, percaya kepada janji terhormat raja mereka, telah diseret keluar tanpa amaran,<br />

dan dibunuh dengan keji.<br />

Sebagaimana Kristus adalah pemimpin yang tidak kelihatan umat-umat-Nya keluar dari<br />

perhambaan Mesir, demikian juga Setan pemimpin yang tak kelihatan pasukannya, melipatgandakan<br />

jumlah para syuhada. Selama tujuh hari pembantaian itu berlangsung di Paris, dan<br />

169

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!