15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

mereka, dan dengan kata-kata yang lancar ia meratap, “kejahatan, penghujatan, hari kedukaan<br />

dan memalu-kan,” telah datang menimpa bangsa ini. Dan ia mengimbau semua rakyat yang<br />

setia untuk membantu membasmi bidat yang mengancam kehancur-an Perancis. “Tuan-tuan,<br />

sebagaimana sebenarnya saya adalah rajamu,” katanya, “jikalau saya tahu salah satu anggota<br />

tubuhku diketahui ternoda atau terinfeksi dengan kebusukan, saya akan menyerahkannya<br />

kepadamu untuk dipotong Dan lebih jauh, jika saya melihat salah seorang anak saya tercemar<br />

olehnya, saya tidak akan menyayangkannya.... Saya akan menyerahkannya dan<br />

mengorbankannya kepada Allah.” Air matanya me-nyumbat kata-katanya dan seluruh hadirin<br />

menangis, dan dengan suara bulat berseru, “Kami mau hidup dan mati demi agama Katolik!”—<br />

D’Aubigne, “History of the Reformation in the Time of Calvin,” b. 4, nsl 12.<br />

Kengerian menutupi bangsa yang menolak terang kebenaran. “Kasih karunia yang<br />

membawa keselamatan” telah tampak; tetapi Perancis, setelah memandang kuasa dan<br />

kesuciannya, setelah beribu-ribu orang yang telah ditarik oleh keelokan Ilahi, setelah kota-kota<br />

dan desa-desa diterangi oleh sinamya, telah meninggalkan dan memilih kegelapan lebih<br />

daripada terang. Mereka telah menolak karunia surgawi yang ditawarkan kepada mereka.<br />

Mereka telah mengatakan yang jahat itu baik, dan yang baik itu jahat, sampai mereka jatuh<br />

menjadi korban penipuan diri sendiri. Sekarang, walaupun mungkin mereka percaya bahwa<br />

mereka sedang melakukan pekerjaan Allah dalam menyiksa umat-Nya, namun<br />

kesungguhsungguhan mereka itu tidak membuat mereka tidak bersalah. Mereka telah dengan<br />

sengaja menolak terang yang akan menyelamatkan mereka dari penipuan, dari penodaan jiwa<br />

mereka dengan dosa penumpahan darah.<br />

Mereka telah bersumpah untuk menumpas bidat di katedral yang besar, di mana hampir tiga<br />

abad kemudian, “Dewi Pemikir” akan dinobatkan bangsa itu yang telah menolak Allah yang<br />

hidup. Sekali lagi arak-arakan dibentuk dan utusan Perancis pergi memulai pekerjaan yang<br />

mereka telah bersumpah untuk melakukannya. “Tiang-tiang gantungan didirikan dalam jarak<br />

yang berdekatan, tempat membakar hidup-hidup orang-orang Kristen Protestan tertentu. Dan<br />

telah diatur, agar tumpukan kayu api dinyalakan pada waktu raja mendekat, dan arak-arakan<br />

harus berhenti meyaksikan pelaksanaan hukuman mati itu.”—Wylie, b. 13, psl. 21. Rincian<br />

penganiayaan yang ditanggung oleh saksi-saksi Kristus itu terlalu ngeri untuk diceritakan<br />

kembali, tetapi para korban itu sedikit pun tidak goyah. Pada waktu didorong untuk menarik<br />

kembali imannya, seseorang justru berkata, “Saya hanya percaya pada apa yang dahulu<br />

dikhotbahkan oleh para nabi dan rasul, dan apa yang dipercayai oleh persekutuan semua orang<br />

saleh. Iman saya percaya pada Allah yang akan melawan semua kuasa neraka.”—D’Aubigne,<br />

“History of the Re-formation in the Time of Calvin,” b. 4, psl. 12.<br />

Berulang-ulang arak-arakan itu berhenti di tempat-tempat penganiayaan. Setelah kembali di<br />

istana raja dari mana arak-arakan itu dimulai, orangorang ramai itu membubarkan diri, dan raja<br />

serta para pejabat tinggi agama pulang, merasa puas dengan pekerjaan hari itu, dan<br />

mengucapkan selamat kepada mereka sendiri, dan bahwa pekerjaan yang sekarang dimulai akan<br />

diteruskan sampai selesai pembasmian para bidat itu. Injil perdamaian yang telah ditolak oleh<br />

Perancis cepat atau lambat pasti akan tercabut, dan akibatnya sungguh mengerikan. Pada<br />

150

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!