15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Meskipun Luther telah memperoleh surat jalan jaminan keselamatan, para penguasa Roma<br />

telah berkomplot untuk menangkapnya dan memenjarakannya. Sahabat-sahabatnya mengatakan<br />

kepada Luther bahwa tidak ada gu-nanya ia tinggal lebih lama di kota itu, ia harus segera<br />

kembali ke Wittenberg, dan ia harus sangat berhati-hati menyembunyikan maksudnya. Ia<br />

meninggalkan Augsburg sebelum fajar menyingsing dengan menunggang kuda, ditemani oleh<br />

seorang penunjuk jalan yang disediakan oleh pejabat kota. Dengan harap-harap cemas, dengan<br />

diam-diam ia menyusuri jalan-jalan kota yang gelap dan sepi. Musuh-musuhnya, dengan<br />

berjaga-jaga dan dengan kejam telah berkomplot untuk membinasakannya. Apakah ia bisa<br />

meloloskan diri dari perangkap yang dipasang baginya? Saat itu adalah saat yang menegangkan<br />

dan saat untuk berdoa dengan sungguh-sungguh. Mereka tiba di suatu gerbang di tembok kota.<br />

Gerbang itu terbuka baginya, dan bersama penunjuk jalannya melewatinya tanpa halangan.<br />

Setelah selamat tiba di luar kota, pelarian itu segera melanjutkan perjalanannya, dan sebelum<br />

utusan paus mengetahui kepergian Luther ia sudah jauh berada di luar jangkauan para<br />

penuduhnya. Setan bersama kaki tangannya telah dikalahkan. Orang yang mereka sangka sudah<br />

berada dalam kekuasaannya telah tiada, seperti burung lepas dari jerat pemburu.<br />

Mendengar kabumya Luther, utusan paus sangat kaget dan marah. Ia telah mengharapkan<br />

akan memperoleh penghargaan atas kebijaksanaannya dan keteguhannya dalam menangani<br />

pengganggu gereja itu. Tetapi pengharapannya telah pupus semua dan sangat<br />

mengecewakannya. Ia menyatakan kegeramannya dalam satu surat kepada Frederick, penguasa<br />

Saxon, dengan keras ia mencela Luther dan meminta agar Frederick mengirimkan Pembaru itu<br />

ke Roma atau ia akan diusir dan dibuang dari Saxon. Sebagai pembelaannya, Luther meminta<br />

agar utusan paus atau paus sen-diri menunjukkan kepadanya kesalahannya dari Alkitab, dan<br />

berjanji da-lam cara yang paling khidmat akan mencela ajaran-ajarannya jika ajaranajaran itu<br />

bertentangan dengan firman Allah. Dan ia menyatakan rasa syukumya kepada Allah karena ia<br />

telah dianggap pantas untuk menderita oleh karena-Nya. Penguasa Saxony belum begitu banyak<br />

mengetahui tentang ajaran pem-baruan, tetapi ia sangat terkesan oleh keterusterangan, kuasa<br />

dan jelasnya kata-kata Luther. Frederick berketetapan untuk menjadi pelindung Luther sampai<br />

sang Pembaru itu terbukti bersalah. Dalam jawabannya kepada tun-tutan utusan paus ia menulis,<br />

“Oleh karena Doktor Martin Luther telah menghadap Anda di Augsburg, seharusnya Anda<br />

sudah merasa puas. Kami tidak mengharapkan bahwa Anda membuat dia mundur dari<br />

keyakinannya tanpa meyakinkannya tentang kesalahannya. Tak seorang pun kaum ter-pelajar di<br />

negeri kami yang memberitahukan kepada saya bahwa ajaran Luther itu tidak menghormati<br />

Tuhan atau tidak beriman, anti Kristen, atau bidat.’ Di samping itu, pangeran menolak<br />

mengirimkannya ke Roma, atau mengusirnya dari negaranya.”—D ‘Aubigne, b. 4, psl. 10.<br />

Penguasa Saxony melihat bahwa ada kemerosotan moral di masyarakat. Suatu pekerjaan<br />

besar pembaruan diperlukan. Pengaturan yang rumit dan mahal untuk mencegah dan<br />

menghukum kejahatan tidak akan diperlukan jika orang-orang mengakui dan menuruti tuntutan<br />

Allah dan suara hati nuraninya. Ia melihat bahwa Luther berusaha untuk mencapai tujuan ini,<br />

dan secara rahasia ia bersukacita bahwa pengaruh yang lebih baik sedang terasa di dalam gereja.<br />

85

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!