15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Perancis yang malang menuai dalam darah tuaian yang ia telah tabur. Sungguh mengerikn<br />

akibat dari pengabdiannya kepada kekuasaan Romawi. Dimana Perancis, dibawah pengaruh<br />

Romanisme, telah mendirikan tiang gantungan pembakaran yang pertama pada permulaan<br />

Pembaharuan, sekarang Revolusi mendirikan gullotinnya (alat pemenggalnya) yang pertama. Di<br />

tempat yang sama, dimana para syuhada iman Protestan dibakar pada abad ke enam belas,<br />

korban pertama di gullotin pada abad ke delapan belas. Dalam penolaknnya akan Injil yang<br />

sebenarnya membawa kesembuhan kepadanya, Perancis telah membuka pintu kepada<br />

pemberontakan dan kehancuran. Pada waktu pembatasan-pembatasan hukum Allah<br />

dikesampingkan, telah diketemukan bahwa hukum-hukum manusia tidak cukup untuk menahan<br />

gelombang kuat nafsu manusia. Dan bangsa itu bangkit kepada revolusi dan anarki. Perang<br />

melawan Alkitab meresmikan suatu era yang dalam sejarah dunia disebut sebagai<br />

“Pemerintahan Teror.” Kedamaian dan kebahagiaan telah lenyap dari rumah dan hati manusia.<br />

Tak seorangpun merasa aman. Ia yang menang hari ini besok dicurigai dan dihukum. Kekerasan<br />

dan hawa nafsu merajalela.<br />

Para rohaniawan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang<br />

sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh<br />

kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang<br />

gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi<br />

Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari <strong>dua</strong><br />

ratus ribu orang tawanan. <strong>Kota</strong>-kora kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok<br />

revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan<br />

massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul<br />

menyusul, dan pnduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain<br />

selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan<br />

umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan,<br />

dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak<br />

karena tunggakan gaji mereka , orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan<br />

oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”<br />

Orang-orang telah belajar kekejaman dan penyiksaan yang diajarkan oleh Roma. Akhirnya<br />

telah datang hari pembalasan. Sekarang bukan murid-murid Yesus yang dilemparkan ke dalam<br />

penjara bawah tanah dan diseret ke tiang pembakaran. Murid-murid Yesus sudah lama binasa<br />

atau diusir ke pengasingan. Sekarang Roma merasakan kekuasaan kejam yang telah dilatihnya<br />

untuk bergembira dalam pekerjaan-pekerjaan penumpahan darah. “Contoh penganiayaan yang<br />

dipertontonkan oleh kaum rohaniawan Perancis selama bertahun-tahun, sekarang dibalaskan<br />

kepada mereka dengan kekerasan. Panggung-panggung pembakaran bersimbah darah para<br />

imam. Penjara-penjara dan kapal-kapal, yang pada suatu waktu di huni oleh orang-orang<br />

Huguenots, sekarang dipenuhi oleh penyiksa-penyiksa. Dirantai ke bangku dan bekerja<br />

mendayung kapal-kapal, kaum rohaniawan Roma Katolik mengalami semua bencna yang gereja<br />

mereka dengan sewenang-wenang lakukan kepada kaum bida’ahyang lemah-lembut.” — (Lihat<br />

Lampiran).<br />

177

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!