15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

kesengsaraan kita," yang dalam segala hal "Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa,"<br />

sehingga dengan demikian Ia "dapat menolong mereka yang dicobai." "Namun jika seorang<br />

berdosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa." (Yes. 53:4; Iberani 4:15; 2:18; 1 Yoh.<br />

2:1). Pengantaraan-Nya ialah dengan tubuh-Nya yang yang ditusuk dan dihancurkan, dengan<br />

kehidupan yang tak bercacad. Tangan-Nya yang terluka, lambung-Nya yang ditusuk, kaki-Nya<br />

yang dirusakkan, memohon bagi manusia yang sudah jatuh, yang penebusan-Nya dibeli dengan<br />

harga yang tidak ternilai.<br />

"Dan permufakatan tentang damai akan ada di antara mereka ber<strong>dua</strong>." Kasih Bapa, tidak<br />

kurang dari kasih Anak, adalah mata air keselamatan bagi orang yang telah hilang. Yesus<br />

berkata kepada murid-murid-Nya sebelum Ia pergi, "Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa<br />

Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu." ( Yoh. 16:26,27).<br />

"Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus." (2 Kor. 5:19). Dan dalam pelayanan<br />

di dalam tempat kudus di atas, "permufakatan tentang damai akan ada di antara mereka ber<strong>dua</strong>."<br />

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya<br />

yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh<br />

hidup yang kekal." (Yoh. 3:16).<br />

Pertanyaan, apakah kaabah itu? dijawab dengan jelas dalam Alkitab. Istilah "tempat kudus"<br />

sebagaimana digunakan dalam Alkitab, digunakan pertama-tama kepada kemah suci yang<br />

dibangun oleh Musa, menurut pola yang ada di Surga, dan ke<strong>dua</strong>, kepada "kaabah yang<br />

sebenarnya" di Surga, yang ditunjuk oleh kaabah duniawi. Pada kematian Kristus, upacaraupacara<br />

kaabah berakhir. "Kaabah yang sebenarnya" di Surga adalah tempat kudus perjanjian<br />

yang baru. Dan sementara nubuatan Daniel 8:14 digenapi dalam dispensasi ini, tempat kudus<br />

yang dimaksud haruslah tempat kudus perjanjian baru. Pada akhir masa 2300 hari pada tahun<br />

1844, di dunia ini tidak ada lagi tempat kudus selama ratusan tahun. Dengan demikian, "Sampai<br />

2300 petang dan pagi, lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar," tanpa<br />

diragukan lagi menunjuk kepada tempat kudus di Surga.<br />

Tetapi pertanyaan yang paling penting tetap harus dijawab. Apakah maksudnya tempat<br />

kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar? Bahwa ada upacara yang serupa itu<br />

sehubungan dengan tempay kudus duniawi, diterangkan dalam Alkitab Perjanjian Lama. Tetapi<br />

adakah sesuatu di Surga yang akan dipulihkan (disucikan -- terjemahan langsung)? Dalam<br />

Iberani 9 pemulihan tempat kudus ke dalam keadaan yang wajar diajarkan dengan jelas. "Dan<br />

hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum taurat dengan darah, dan tanpa pertumpahan<br />

darah tidak ada pengampunan. Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di Surga<br />

haruslah ditahirkan secara demikian [darah binatang], tetapi benda- benda surgawi sendiri oleh<br />

persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu," (Iberani 9:22,23), yaitu darah Kristus<br />

yang tidak ternilai harganya.<br />

Pemulihan kembali, baik dalam lambang maupun upacara yang sebenarnya harus dilakukan<br />

dengan darah; yang pertama dengan darah binatang, dan yang kemudian dengan darah Kristus.<br />

Rasul Paulus menyatakan sebagai alasan mengapa pemulihan itu harus dilakukan dengan darah,<br />

bahwa tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. Pengampunan itu, atau membuangkan<br />

277

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!