15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

moral Sodom. Nubuatan ini digenapi dengan sangat tepat dan luar biasa di dalam sejarah<br />

Perancis. Selama Revolusi pada tahun 1793 “untuk pertama kalinya dunia ini mendengar suatu<br />

perkumpulan orang-orang, yang dilahirkan dan dididik dalam peradaban dan menyombongkan<br />

hak untuk memerintah salah satu negara Eropa yang terbaik, mengangkat suara mereka untuk<br />

menyangkal kebenaran yang paling khidmat yang diterima oleh jiwa manusia, dan menolak<br />

dengan suara bulat kepercayaan dan perbaktian keilahian.” — Scott, Sir Walter, “Life of<br />

Napoleon Bonaparte,” Vol. I, Ch. 17 (ed. 1854).<br />

“Perancis adalah satu-satunya bangsa di dunia yang tercatat dalam catatan otentik, yang<br />

sebagai satu bangsa mengangkat tangan memberontak melawan Pencipta alam semesta.<br />

Banyaklah penghujat-penghujat, orang yang tidak beriman di Inggeris, Jerman, Spanyol dan<br />

dimana-mana baik yang sudah ada maupun yang akan terus ada. Tetapi Perancis menduduki<br />

tepat tersendiri dalam sejarah dunia sebagai satu-satunya negara yang oleh keputusan Dewan<br />

Perwakilan Rakyatnya (Mahkamah Legislatif), menyatakan bahwa tidak ada Allah. Dan untuk<br />

ini seluruh penduduk ibukota, dan kebanyakan dimana-mana, baik laki-laki maupun perempuan,<br />

menari dan menyanyi dengan bersukacita menyambut keputusan itu.” — Blackwood’s<br />

Magazine, November 1870.<br />

Prancis juga menunjukkan ciri-ciri khusus Sodom. Selama Revolusi ditandai dengan<br />

kemerosotan dan kebejatan moral yang sama dengan yang membawa kebinasaan bagi kota<br />

lembah itu, yaitu Sodom. Dan ahli sejarah menampilkan bersama-sama ateisme dan<br />

kemerosotan moral Perancis, sebagaimana diberikan dalam nubuatan: “Yang erat hubungannya<br />

dengan hukum-hukum ini yang mempengaruhi agama ialah yang mengurangi eratnya ikatan<br />

pernikahan — yang paling suci dalam ikatan yang bisa di bentuk oleh manusia, dan yang<br />

kelanggengannya membentuk konsolidasi masyarakat yang paling kuat — menjadi sekedar<br />

perjanjian sipil yang sifatnya sementara, yang masing-masing pihak dapat meneruskan atau<br />

membatalkan sesuka hatinya . . . . Jikalau Setan sudah menemukan cara yang paling efektif<br />

untuk membinasakan apa saja yang patut dihormati dan baik, atau kehidupan rumah tangga tang<br />

permanen, dan memastikan diri pada waktu itu juga bahwa kejahatan yang menjadi tujuannya<br />

dapat dipertahankan dari generasi ke generasi, maka mereka tidak akan menciptakan rencana<br />

lain yang lebih efektif selain dari merusak dan merendahkan nilai-nilai pernikahan. . . . Sophie<br />

Arnoult, seorang aktris terkenal untuk hal-hal jenaka, menerangkan pernikahan kenegaraan<br />

sebagai “upacara perzinahan.” — Scott, Vol. I, Ch. 17.<br />

“Dimana juga Tuhan kita disalibkan.” Nubuatan ini juga digenapi oleh Perancis. Rasa<br />

bermusuhan terhadap Kristus yang dilakukan dengan berani di sini, melebihi dari di negerinegeri<br />

manapaun. Kebenaran menghadapi perlawanan yang lebih pahit dan jahat di sini lebih<br />

dari negara manapun. Dalam penganiayaan yang dilakukan Perancis kepada pengaku-pengaku<br />

Injil, ia telah menyalibkan Kristus di dalam pribadi murid-murid-Nya.<br />

Dari abad ke abad darah orang-orang saleh telah dicurahkan. Sementara orang-orang<br />

Waldenses menyerahkan nyawanya di pegunungan-pegunungan Piedmont “demi firman Allah<br />

dan demi kesaksian Yesus Kristus,” kesaksian yang sama telah ditanggung oleh Saudarasaudara<br />

mereka orang-orang Albigenses dari Perancis. Pada zaman Pembaharuan, murid-murid<br />

168

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!