15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

tak satupun batunya boleh di jamah. Sebelum berusaha menguasai kubu pertahanan, ia<br />

menghimbau para pemimpin Yahudi degan sungguh-sungguh agar jangan memaksanya untuk<br />

mencemarkan tempat kudus itu dengan darah. Jika mereka keluar dan bertempur dimana saja,<br />

maka tak seorangpun tentera Romawi akan melanggar kesucian kaabah itu. Josephus sendiri,<br />

dalam berbagai himbauannya, memohon dengan sangat agar mereka menyerah, untuk<br />

menyelamatkan mereka sendiri, kota mereka dan tempat mereka berbakti. Akan tetapi katakatanya<br />

ini telah di jawab dengan kutukan pahit. Lembing telah dilemparkan kepadanya,<br />

sebagai seorang juru penengah manusia, pada waktu ia berdiri memohon kepada mereka. Orang<br />

Yahudi telah menolak permohonan Anak Allah, dan sekarang anjuran dan permohonan hanya<br />

membuat mereka tetap bertahan sampai akhir. Sia-sialah usaha Titus untk menyelamatkan<br />

kaabah; Seorang yang lebih besar dari padanya telah menyatakan bahwa tak satu batupun<br />

tinggal di atas batu yang lain.<br />

Sikap keras kepala yang membabi-buta para pemimpin Yahudi dan kejahatan keji yang<br />

meraja-lela di dalam kota yang terkepung itu menimbulkan ketakutan dan kemarahan tentera<br />

Romawi, dan akhirnya Titus memutuskan untuk menyerang kaabah itu. Ia juga menetapkkan,<br />

jika mungkin, untuk menyelamatkan kaabah itu dari keruntuhan. Tetapi perintahnya itu tidak<br />

lagi diindahkan anak buahnya. Pada waktu itu ia beristirahat di kemahnya pada malam hari,<br />

orang Yahudi keluar dari kaabah itu dan menyerang tentera Romawi dengn tiba-tiba. Dalam<br />

pertempuran itu seorang tentera melemparkan obor berapi melalui lobang di serambi kaabah,<br />

dan dengan segera membakar ruangan yang dilapisi dengan kayu cedar, yang berdekatan<br />

dengan kamar yang kudus. Titus segera berlari menuju api itu, diikuti oleh jenderal-jederal dan<br />

komandan-komandan pasukannya, dan memerintahkan pasukan untuk memadamkan api itu.<br />

Namun perintahnya tidak diacuhkan. Dalam keganasannya tentera-tentera itu melemparkan<br />

obor-obor menyala ke ruangan-ruangan yang berdampingan dengan kaabah itu, dan kemudian<br />

dengan pedangnya membunuh banyak sekali orang-orangyang bersembunyi di situ. Darah<br />

mengalir di tangga kaabah, bak aliran air layaknya. Beribu-ribu orang Yahudi binasa. Selain<br />

suara peperangan itu, terdengar teriakan, "Ichabot!" -- keuliaan sudah hilang.<br />

Tidak mungkin bagi Titus menghentikan amukan tenteranya pada saat itu. Ia bersama<br />

stafnya memasuki dan memeriksa bagian dalam bagunan yang kudus itu. Mereka terpukau dan<br />

kagum karena api belum membakar tempat kudus itu. Ia membuat usaha terakhir untuk<br />

menyelamatkan tempat kudus itu. Ia melompat ke depan dan mengajak tenteranya untuk<br />

menghentikan kebakaran itu. Biasanya pasukan Liberalis harus patuh kepada atasannya. Tetapi<br />

rasa hormat kepada kaisarpun akan hilang oleh karena kebencian terhadap orang Yahudi, dan<br />

keganasan pertempuran itu, serta pengharapan akan mendapat rampasan. Tentera-tenera itu<br />

melihat disekeliling mereka kilauan emas, yang memantulkan cahaya dalam amukan api.<br />

Mereka mengira bahwa harta yang tak terhitung banyaknya di simpan di dalam kaabag itu.<br />

Tanpa menyadari, seorang tentera menyulutkan obornya yang sedang menyala ke antara engsel<br />

pintu. Dengan sekejap saja seluruh bangunan sudah menyala. Nyala api dan asap yang<br />

membutakan mata memaksa para staf mundur, dan bangunan agung itupun dibiarkan menemui<br />

nasibnya.<br />

17

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!