15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

apakah itu yang hidup di antara kamu di tanah Israel yang berbunyi sudah lama berselang tetapi<br />

satu penglihatanpun tak jadi? Oleh sebab itu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman<br />

Tuhan Allah: Aku akan menghentikan sindirian ini dan orang tidak akan mengucapkannya lagi<br />

ditanah Israel. Sebaliknya katakanlah kepada mereka: Waktunya sudah dekat dan tiap<br />

penglihatan akan jadi. Sebab tidak akan ada lagi penglihatan yang menipu ataupun tenungan<br />

yang menyesatkan di tengah-tengah kaum Israel, sebab Aku Tuhan, akan berfirman dan apa<br />

yang Kufirmankan akan terjadi dan firman itu tidak akan ditunda-tunda lagi, sebab masa<br />

hidupmu, hai kamu pemberontak, Aku akan mengucapkan suatu firmn dan Aku akan<br />

menggenapinya, demikianlah firman Tuhan Allah." (Yehez. 12:21-25,27-28).<br />

Mereka yang sedang menantikan bersukacita, percaya bahwa Ia yang mengetahui akhir dari<br />

permulaan telah memelihara mereka sepanjang zaman dan yang melihat sebelumnya<br />

kekecewaan mereka, telah memberikan kepada mereka keberanian dan pengharapan. Kalau<br />

bukan bagian ayat-ayat Alkitab yang seperti ini, yang mengingatkan mereka agar menunggu<br />

dengan sabar dan berpegang teguh pada firman Allah, iman mereka sudah gagal dalam cobaan<br />

seperti itu.<br />

Perumpamaan sepuluh anak dara dalam Matius 25 juga menggambarkan pengalaman orangorang<br />

yang percaya kepada kedatangan Tuhan (orang-orang Advent). Dalam Matius 24, dalam<br />

jawaban kepada pertanyaan murid-murid-Nya mengenai tanda-tanda kedatangan-Nya dan akhir<br />

dari dunia ini, Kristus telah menunjukkan beberapa peristiwa-peristiwa paling penting dalam<br />

sejarah dunia ini dan sejarah gereja mulai dari kedatangan-Nya yang pertama sampai kepada<br />

kedatangan-Nya yang ke<strong>dua</strong>, seperti kebinasaan Yerusalem, kesusahan besar yang menimpa<br />

gereja dibawah penganiayaan kekafiran dan kepausan, gelapnya matahari dan bulan, dan<br />

jatuhnya bintang-bintang. Setelah itu Ia berbicara mengenai kedatangan-Nya dalam kerajaan-<br />

Nya, dan menghubungkan dengan ke<strong>dua</strong> golongan hamba yang menantikan kedatangan- Nya.<br />

Fatsal <strong>dua</strong> puluh lima dimulai dengan kata-kata, "Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama<br />

sepuluh gadis." Di sini diungkapkan kehidupan gereja pada akhir zaman, sama seperti yang<br />

ditunjukkan pada penghabisan fatsal 24. Dalam perumpamaan ini pengalaman mereka<br />

digambarkan dalam satu peristiwa pernikahan cara Timur.<br />

"Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis yang mengambil pelitanya dan<br />

pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima diantaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadisgadis<br />

yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadisgadis<br />

yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi<br />

karena mempelai lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.<br />

Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!"<br />

Kedatangann Kristus, sebagaimana diumumkan oleh pekabaran malaikat yang pertama,<br />

diketahui dilambangkan oleh kedatangan mempelai laki-laki. Pembaharuan yang meluas<br />

melalui pemberitaan kedatangan-Nya yang segera menerangkan arti kepergian gadis-gadis itu.<br />

Dalam perumpamaan ini, sebagaimana halnya dalam Matius 24, ada <strong>dua</strong> golongan yang<br />

ditunjukkan. Semua telah membawa pelitanya, Alkitab, dan oleh terangnya pergi keluar<br />

menyambut mempelai. Tetapi sementara "gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya,<br />

258

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!