15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

“Maka tibalah waktunya bilamana undang-undang yang paling biadab dan paling kejadm<br />

diberlakukan oleh pengadilan yang paling biadab dan paling kejam, bilamana tak seorangpun<br />

diperbolehkan menyapa tetangganya atau mengucapkan doa-doanya . . . tanpa bahaya dituduh<br />

melakukan kejahatan utama yang dapat di tuntut hukuman mati; bilamana mata-mata<br />

bersembunyi mengintai di setiap sudut, bilmanana gullotin bekerja keras setiap pagi, bilamana<br />

penjara-penjara penuh seperti penuhnya palka-palka kapal pembawa budak-budak, bilamana<br />

parit-parit mengalirkan darah berbuih ke Sungai Seine . . . . Sementara kereta yang penuh<br />

dengan korban-korban di dorong melalui jalan-jalan kota Paris menuju kebinasaan mereka, para<br />

kepala daerah, yang telah dikirim oleh komite kekuasaan tertinggi ke tiap-tiap departemen,<br />

berpesta pora dengan kekejaman yang luar biasa yang di ibukota sendiripun belum dikenal.<br />

Pisau alat pemotong itu naik turun terlalu lambat rasanya dalm pekerjaan pembantaian itu.<br />

Barisan panjang para tawanan diberondong dengan peluru. Lobang-lobang dibuat di dasar kapal<br />

tongkang yang penuh sesak. <strong>Kota</strong> Lyons menjadi padang gurun. Di Arras permohonan para<br />

tawanan supaya dibunuh dengan cepat bahkan ditolak. Dari Loire sampai ke Saumur hingga ke<br />

tepi laut, kawanan burung-burung gagak dan burung rajawali berpesta-pora memakan bangkaibangkai<br />

yang bertelanjang, yang terikat ber<strong>dua</strong>-<strong>dua</strong> sambil berpelukan dengan sangat<br />

mengerikan. Tidak ada belas kasihan yang ditunjukkan terhadap usia atau jenis kelamin. Jumlah<br />

pemuda dan pemudi yang berumur tujuh belas tahunan yang dibunuh oleh pemerintah yang keji,<br />

diperkirakan ratusan orang banyaknya. Bayi-bayi yang dirampas dari pelukan di dada ibunya<br />

ditusuk dengan lembing dan dilontarkan dari satu tebing ke tebing yang lain sepanjang barisan<br />

sepanjang barisan Jacobin.” — (Lihat Lampiran). Dalam tempo sepuluh tahun saja tak terkira<br />

banyaknya manusia yang dibinasakan.<br />

Semua kejadian ini berlangsung seperti yang diinginkan oleh Setan. Inilah yang<br />

diusahakannya untuk dicapai sepanjang zaman. Kebijakannya adalah penipuan sejak dari<br />

permulaan sampai penghabisan, dan tujuan utamanya ialah mendatangkan bencana dan<br />

kehancuran kepada manusia, untuk merusakkan dan mengotori ciptaan Allah, merusakkan<br />

tujuan ilahi dalam kedermawanan dan kasih, dan dengan demikian menyebabkan dukacita di<br />

Surga. Kemudian oleh seni penipuan ini ia membutakan pikiran manusia, dan menuntun untuk<br />

mempersalahkan semua yang terjadi ini kepada Allah, seolah-olah semua penderitaan ini adalah<br />

akibat dari rencana Khalik. Demikian juga, bilamana mereka yang telah dihinakan dan yang<br />

diperlakukan dengan kejam melalui kekuasaannya yang kejam, memperoleh kemerdekaan<br />

mereka, ia mendorong mereka untuk bertindak sewenang-wenang dan kejam. Kemudian<br />

gambaran perbuatan tanpa kekang ini ditunjukkan oleh kelaliman dan penindasan sebagai akibat<br />

dari kebebasan atau kemerdekaan.<br />

Bilamana kesalahan yang disembunyikan diketahui, Setan hanya menutupinya dengan<br />

penyamaran yang lain. Dan orang banyak menerimanya dengan senang hati seperti yang semula.<br />

Pada waktu orang-orang menemukan bahwa Romanisme adalah penipuan, dan melalui agenagennya<br />

ia tidak bisa menuntun orang-orang untuk melanggar hukum Allah, ia mendorong<br />

mereka untuk menganggap semua agama adalah penipu, dan Alkitab itu adalah cerita-cerita<br />

dongeng. Dan dengan mengesampingkan undang-undang ilahi, mereka menyerahkan diri<br />

178

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!