15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

tiga hari pertama dengan kekejaman dan kedahsyatan yang tak terbayangkan. Dan bukan hanya<br />

berlangsung di kota itu sendiri, tetapi dengan perintah khusus raja, diperluas ke seluruh propinsi<br />

dan kota-kota kecil lainnya dimana terdapat orang-orang Protestan. Usia atau jenis kelamin<br />

tidak diperlukan. Tidak perduli orang yang sudah ubanan atau bayi yang tidak berdosa,<br />

semuanya dibinasakan. Para bangsawan dan petani, tua dan muda, ibu-ibu dan nak-anak<br />

semuanya dibunuh. Di seluruh Perancis pembantaian itu berlanjut selama <strong>dua</strong> bulan. Tujuh<br />

puluh ribu orang kusuma bangsa binasa waktu itu. Pada waktu berita pembantaian itu sampai ke<br />

Roma, kegembiraan para rohaniawan meluap-luap tanpa batas. Uskup (Kardinal) Lorraine<br />

memberikan penghargaan kepada pembawa berita itu seribu kron. Tembakan penghargaan<br />

meriam St. Angelo bergemuruh tanda kegembiraan. Lonceng-lonceng berdentang dari menaramenara.<br />

Api-api unggun dinyalakan sehingga malam terang benderang seperti siang hari. Dan<br />

George XIII, dengan dibantu oleh para uskup (kardinal) dan pejabat tinggi gereja mengikuti<br />

arak-arakan panjang menuju gereja St. Louis, dimana kardinal Lorraine menyanyikan sebuah Te<br />

Diem . . . . Sebuah medali diciptakan untuk memperingati pembantaian itu, dan di Vatican<br />

masih dapat di lihat tiga lukisan cat air Vasari di atas batu kapur yang menggambarkan serangan<br />

terhadap laksamana, raja yang sedang bermusyawarah merencanakan pembantaian itu . . . dan<br />

pembantaian itu sendiri. Gregory mengutus Charles si Mawar Keemasan; dan empat bulan<br />

kemudian sesudah pembantaian itu, . . . ia merasa puas mendengarkan khotbah seorang imam<br />

Perancis, . . . yang berbicara mengenai ‘hari yang penuh kebahagiaan dan sukacita, pada waktu<br />

bapa suci menerima berita, dan yang dengan khidmat menyampaikan terimakasih kepada Allah<br />

dan St. Louis.'” — White, Henry, “The Massacre of St. Bartholomew,” Ch. 14, par. 34, (ed.<br />

1871).<br />

Roh perancang pembantaian yang sama yang menimbulkan Pembantaian di St.<br />

Bartholomew juga menuntun dalam Revolusi. Yesus Kristus dinyatakan sebagai pembohong<br />

dan penipu. Dan teriakan orang-orang Perancis yang tidak percaya kepada Tuhan adalah,<br />

“Ganyang Orang malang itu,” maksudnya Kristus. Hujatan terhadap surga dan kejahatan yang<br />

menjijikkan berjalan bersama-sama, dan orang-orang yang paling tidak bermoral, serta orangorang<br />

yang sangat kejam dan mempunyai kebiasaan buruk adalah yang paling ditinggikan.<br />

Dalam semuanya ini, penghormatan yang paling tinggi diberikan kepada Setan, sementara<br />

Kristus dengan ciri kebenaran-Nya, kemurnian-Nya dan cinta-Nya yang tidak mementingkan<br />

diri itu, disalibkan. “Maka binatang yang muncul dari jurang maut akan memerangi mereka, dan<br />

mengalahkan serta membunuh mereka.” Kekuasaan ateis yang memerintah di Perancis selama<br />

Revolusi dan Pemerintahan Teror, ikut serta dalam peperangan melawan Allah dan firman-Nya<br />

yang kudus sebagaimana dunia belum pernah menyaksikannya sebelumnya. Peribadatan kepada<br />

Allah telah dihapuskan oleh Musyawarah Nasional. Alkitab-Alkitab dikumpulkan dan dibakar<br />

di depan umum dengan segala manifestasi penghinaan yang mungkin dilakukan. Hukum Allah<br />

diinjak-injak. Lembaga-lembaga Alkitab dilenyapkan. Hari istirahat mingguan dikesmpingkan,<br />

dan sebagai gantinya setiap sepuluh hari dikhususkan untuk berpesta pora bersenang-senang,<br />

dan penghujatan. Acara baptisan dan perjamuan kudus dilarang. Pengumuman-pengumuman<br />

170

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!