15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

oleh penginjil-penginjil Kristen dengan gigih. Para pengikut paus bertekad menekan apa yang<br />

mereka sebut sebagai "orang yang keras kepala yang berani."<br />

Mereka mulai dengan membuat perpecahan di antara para pendukung Pembaharuan, dan<br />

mengintimidasi semua mereka yang tidak menyatakan persetujuannya dengan terang- terangan.<br />

Para wakil dari kota-kota bebas akhirnya dipanggil untuk menghadap mahkamah, dan<br />

diharuskan menyatakan apakah mereka menyetujui ketentuan-ketentuan dalam usul persetujuan<br />

itu. Mereka memohon penundaan, tetapi sia-sia. Pada waktu menghadapi ujian, hampir separuh<br />

mereka memihak kepada Pembaharuan. Mereka yang menolak mengorbankan kebebasan hati<br />

nurani dan hak pertimbangan pribadinya, mengetahui dengan jelas bahwa mereka kelak akan<br />

dikritik, dicela, dan disiksa. Salah seorang utusan berkata, "Kita harus menyangkalfirman Tuhan,<br />

atau akan dibakar." -- Idem, b. 13, Ch. 5.<br />

Raja Ferdinand, wakil kaisar dalam Mahkamah melihat bahwa dekrit itu akan menyebabkan<br />

perpecahan yang serius kecuali para pangeran dapat dibujuk untuk menerima dan mendukung<br />

persetujuan itu. Oleh sebab itu ia mencoba dengan cara persuasif atau bujukan, dengan<br />

mengetahui bahwa menggunakan kekerasan kepada orang-orang seperti itu akan membuat<br />

mereka lebih bertekad. Ia "membujuk para pangeran untuk menerima dekrit itu, dan<br />

memastikan bahwa kaisar akan sangat senang kepada mereka." Akan tetapi orang-orang yang<br />

setia ini mengakui suatu kekuasaan di atas penguasa dunia, dan mereka menjawab dengan<br />

tenang, "Kami akan menuruti kaisar dalam segala hal yang menunjang kepada pemeliharaan<br />

perdamaian dan memuliakan Allah." -- Idem, b. 13, Ch. 5.<br />

Dihadapan Mahkamah, raja akhirnya mengumumkan kepada penguasa dan sahabatsahabatnya<br />

bahwa surat perintah itu "hampir ditulis dalam bentuk dekrit kekaisaran," dan bahwa<br />

"satu-satunya kesempatan bagi mereka ialah tunduk kepada mayoritas." Setelah mengucapkan<br />

kata-kata itu, ia meninggalkan rapat, tidak memberikan kesempatan kepada para Pembaharu<br />

memberikan pertimbangan atau jawaban. "Tanpa direncanakan, mereka mengirim utusan untuk<br />

membujuk raja supaya kembali." Terhadap protes mereka itu ia hanya menjawab, "Masalahnya<br />

sudah diputuskan, yang tinggal hanya penyerahan." -- Idem, b. 13, Ch. 5.<br />

Pihak kekaisaran telah yakin bahwa para pangeran Kristen akan memperlakukan Alkitab<br />

sebagaiyang tertinggi diatas doktrin-doktrin dan tuntutan-tuntutan manusia. Dan mereka tahu<br />

dimana prinsip ini diterima, maka disanalah kepausan akan digulingkan. Tetapi, seperti beriburibu<br />

orang pada waktunya, mereka hanya memandang "kepada perkara-perkara yang kelihatan,"<br />

mereka bergembira bahwa kepentingan kaisar dan paus adalah kuat dan para Pembaharu lemah.<br />

Seandainya para Pembaharu bergantung kepada pertolongan manusia saja, mereka akan tidak<br />

berkuasa seperti yang disangka pengikut kepausan. Akan tetapi, walaupun lemah dalam<br />

bilangan, dan kalau dibandingkan dengan Roma, mereka mempunyai kekuatannya. Mereka naik<br />

banding "dari laporan Mahkamah kepada firman Allah, dan dari kaisar Charles kepada Yesus<br />

Krsitus, Raja segala raja dan Tuhan segala tuan." -- Idem, b. 13, Ch. 6.<br />

Pada waktu Ferdinand menolak menghargai keyakinan mereka, maka para pangeran<br />

memutuskan untuk tidak memperdulikan kehadirannya, dan mengajukan Protes mereka itu ke<br />

131

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!