15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

pemusik, yang didahului oleh prosesi khidmat anggota-anggota badan pemerintahan kota,<br />

sambil menyanyikan lagu-lagu pujian terhadap kebebasan, dan sambil mengawal sasaran<br />

pemujaan mereka di masa yang akan datang, yaitu wujud seorang wanita yang ditutupi, yang<br />

mereka sebut Dewi Pertimbangan. Setelah dibawa ke atas meja panjang, lalu dibuka<br />

penutupnya seluruhnya, dan ditempatkan di sebelah kanan presiden, yang ternyata ia kenal<br />

sebagai penari wanita opera . . . . Dengan alasan ini, sebagai wakil pertimbangan yang mereka<br />

sembah, Konvensi Nasional Perancis memberikan penghormatan umum kepadanya.<br />

Kemunafikan dan penyamaran yang tidak beriman dan menggelikan ini mempunyai cara<br />

tertentu, dan pelantikan Dewi Pertimbangan ini diperbaharui dan ditiru di seluruh negeri, di<br />

tempat-tempat dimana penduduk ingin menunjukkan bahwa mereka sama dengan tingginya<br />

Revolusi.” — Scott, Vol. I, Ch. 17. Kata seorang ahli pidato yang memperkenalkan perbaktian<br />

kepada Dewi Pertimbangan, “Para pembuat undang-undang! Fanatisisme telah memberikan<br />

jalan kepada pertimbangan. Matanya yang rabun tidak dapat menahan kecemerlangan terang.<br />

Pada hari ini telah berkumpul di tempat ini, di bawah kubah bangunan bergaya Gothik ini,<br />

banyak orang berdesak-desakan, yang untuk pertamakalinya menggemakan kebenaran kembali.<br />

Di sini, orang-orang Perancis telah merayakan perbaktian yang benar satu-satunya, — yaitu<br />

Kebebasan dan Pertimbangan. Di sinilah kita membentuk satu keinginan untuk kemakmuran<br />

kekuatan Republik. Di sini kita telah meninggalkan berhala-berhala yang mati demi<br />

Pertimbangan dan demi patung hidup, karya agung alam.” — Thiers, M.A., “History of the<br />

French Revolution,” Vo. II, pp. 370,371.<br />

Pada waktu Dewi itu dibawa ke dalam Konvensi, ahli pidato itu memegangnya seraya<br />

berpaling kepada perkumpulan itu, “Orang-orang yang fana, berhentilah gemetar dihadapan<br />

suatu Allah yang tidak berdaya, yang telah menciptakan ketakutanmu. Mulai sekarang akuilah<br />

bahwa tidak ada keilahian tetapi hanya Pertimbangan. Saya tawarkan kepadamu patungnya<br />

yang paling agung dan paling murni. Jikalau engkau harus mempunyai berhala, berilah<br />

pengorbananmu hanya kepada yang seperti ini . . . . Sujudlah dihadapan Senat Kebebsan yang<br />

agung, oh Dewi Pertimbangan! . . .“Setelah presiden memeluk dewi itu, ia dnaikkan kereta<br />

kencana, dan dituntun melalui kerumunan massa, ke katedral Notre Dame, untuk menggantikan<br />

tempat Allah. Disana ia dinaikkan ke atas mezbah yang tinggi, dan menerima penghormatan<br />

dari semua yang hadir.” — Allison, Vol. I, Ch. 10.<br />

Tidak lama sesudah itu, upacara itu diikuti pembakaran Alkitab. Pada suatu kesempatan<br />

“Perkumpulan Masyarakat Museum Populer,” memasuki gedung balai kota, dan berseru, “Viva<br />

la Raison” (Hidup Pertimbangan), dan membawa di ujung sebuah tongkat sisa-sia buku-buku<br />

yang setengah terbakar, yang diantaranya terdapat buku penuntun sembahyang bagi para imam,<br />

misa dan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang “ditebus dalam api besar,” kata presiden,<br />

“semua kebodohan yang telah dilakukan oleh umat manusia.” — Journal of Paris, 1793, No.<br />

318. Quoted in Buchez-Roux’s collection of Parliamentary History, Vol. XXX, pp. 200,201.<br />

Kepausanlah yang memulai pekerjaan yang diselesaikan oleh ateisme. Peraturan dan kebejatan<br />

Roma telah menciptakan keadaan-keadaan, seperti sosial, politik dan keagamaan yang tela<br />

membuat Perancis segera menuju kehancuran. Para penulis yang merujuk kepada kengerian<br />

172

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!