15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

orang banyak yang datang untuk mendengarkannya. Sedikit demi sedikit, semampu mereka<br />

mendengar, ia membukakan kebenaran itu kepada para pendengar. Ia berhati-hati, pada<br />

mulanya, untuk tidak memperkenalkan pokok-pokok ajaran yang dapat mengejutkan dan menimbulkan<br />

prasangka. Pekerjaannya ialah memenangkan hati mereka ke-pada ajaran-ajaran<br />

Kristus, dan untuk melembutkan hati itu dengan kasihNya, serta menunjukkan teladan-Nya di<br />

hadapan mereka. Dan sementara mereka menerima prinsip-prinsip Injil, praktik-praktik dan<br />

kepercayaan ketakhyulan mereka akan dibuang.<br />

Selangkah demi selangkah Pembaruan itu maju di ZuriCh. Dalam ke-takutan musuh-musuh<br />

pembaruan bangkit menentang dengan gigih. Setahun sebelumnya, biarawan Wittenberg telah<br />

mengatakan ‘Tidak” kepada paus dan kaisar di Worms, dan sekarang ada tanda-tanda bahwa<br />

perlawanan yang sama terhadap tuntutan kepausan akan terjadi di ZuriCh. Berulangulang<br />

Zwingli mendapat serangan. Di daerah-daerah kepausan, dari waktu ke waktu murid-murid Injil<br />

dibawa ke tiang gantungan. Tetapi ini belum cukup. Guru bidat itu sendiri harus dibungkam.<br />

Oleh sebab itu uskup dari Constance mengutus tiga orang deputi ke Konsili Zurich, menuduh<br />

Zwingli mengajar orang-orang untuk melanggar hukum-hukum gereja, dengan demikian<br />

membahayakan perdamaian dan ketertiban masyarakat. la mengatakan, jikalau wewenang<br />

gereja dikesampingkan, akibatnya akan timbul anarki dimana-mana. Zwingli menjawab bahwa<br />

ia telah empat tahun mengajarkan Injil di Zurich, “yang telah lebih tenang dan lebih damai dari<br />

kotakota lain di konfederasi ini ” “Bukankah,” katanya, “Kekristenan adalah pengawal<br />

keamanan umum?”—Wylie, b. 8, psl. 11.<br />

Para utusan itu menasihatkan para anggota konsili untuk tetap bertahan di dalam gereja,<br />

karena di luar itu, seperti yang mereka nyatakan, tidak ada keselamatan. Zwingli menanggapi,<br />

“Jangan biarkan tuduhan ini menggoncangkan kamu. Dasar gereja adalah Batu yang sama,<br />

Kristus yang sama, yang memberikan nama kepada Petrus oleh karena ia mengakui-Nya dengan<br />

jujur. Dari segenap bangsa, barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan segenap hati<br />

akan diterima oleh Allah. Inilah sebenarnya gereja itu, yang di luar ini tak seorang pun dapat<br />

selamat.”—D ‘Aubigne, b. 8, psl. 11. Sebagai hasil dari pertemuan itu, salah seorang deputi<br />

uskup menerima iman yang dibarui itu. Konsili menolak mengambil tindakan terhadap Zwingli.<br />

Oleh sebab itu Roma bersiap-siap mengadakan serangan baru. Setelah mengetahui rencana jahat<br />

musuh-musuhnya, Pembaru itu berseru, “Biarlah mereka datang; saya takut kepada mereka<br />

sebagai sebuah gunung batu menghadapi pukul- an ombak di kakinya.”—Wylie, b. 8, psl. 11.<br />

Usaha para pemuka agama, yang tadinya dimaksudkan untuk menggulingkan pembaruan,<br />

justru memajukan reformasi itu sendiri. Kebenaran itu terus tersebar. Di Jerman, para pengikut<br />

pembaharuan yang putus asa oleh karena menghilangnya Luther, kembali bersemangat ketika<br />

mereka melihat kemajuan Injil di Swiss. Pada waktu Pembaruan menjadi kuat di Zurich, buahbuahnya<br />

nampak lebih jelas dengan menurunnya angka kejahatan, meningkatnya ketertiban dan<br />

keharmonisan. “Kedamaian mendiami kota kita,” tulis Zwingli, “tidak ada pertengkaran, tidak<br />

ada kemunafikan, tidak ada kecemburuan, tidak ada perselisihan. Dari mana datangnya<br />

persatuan seperti itu kalau bukan dari Tuhan dan dari ajaran kita, yang memenuhi kita dengan<br />

buah-buah perdamaian dan kesalehan?”— Wylie, b, psl. 15.<br />

116

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!