15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Akan tetapi, sementara bahaya-bahaya semakin memuncak, semangat Berquin pun semakin<br />

kuat. Dengan memanfaatkan nasihat Erasmus yang menyangkut politik dan penggunaan waktu,<br />

ia berketetapan untuk lebih berani dalam usahanya. Ia bukan saja berdiri mempertahankan<br />

kebenaran, tetapi ia juga akan menyerang kesalahan. Tuduhan bidat yang dituduhkan pengikut<br />

Romanisme kepadanya akan balik dituduhkannya kepada mere-ka. Lawan-lawannya yang<br />

paling giat dan sengit ialah doktor dan para biarawan dari departemen teologi Universitas Paris<br />

yang besar itu, salah satu pemegang kekuasaan tertinggi gereja baik di kota maupun di seluruh<br />

negara itu. Dari tulisan-tulisan para doktor ini, Berquin menarik 12 dalil yang dinyatakannya<br />

secara umum, “bertentangan dengan Alkitab, dan menyimpang atau bidat.” Dan ia mengimbau<br />

raja untuk bertindak sebagai hakim dalam pertikaian itu.<br />

Raja, dengan tidak bosan-bosannya mempertentangkan penguasa de-ngan penantangnya,<br />

merasa gembira mempunyai kesempatan untuk merendahkan keangkuhan para biarawan yang<br />

sombong itu. Ia meminta agar para pengikut Romanisme mempertahankan kepentingan mereka<br />

berdasarkan Alkitab. Senjata ini, sebagaimana mereka tahu, hanya sedikit bisa membantu.<br />

Penjara, penganiayaan, dan tiang gantungan adalah senjata-senjata yang mereka tahu cara<br />

menggunakannya. Sekarang keadaan sudah berbalik. Mereka melihat diri mereka hampir jatuh<br />

ke dalam lubang yang sebenarnya mereka harapkan untuk Berquin. Dalam keheranan, mereka<br />

mencari jalan di sekitar mereka untuk meloloskan diri.<br />

“Tepat pada waktu itu patung Anak Dara (Bunda Maria) yang berada di sudut salah satu<br />

jalan, dirusak orang.” Ada kegemparan di kota itu. Orang-orang berkerumun ke tempat itu<br />

dengan sedih bercampur marah. Raja juga turut prihatin. Ini adalah salah satu keuntungan yang<br />

dapat dibalikkan oleh para biarawan menjadi milik mereka, dan dengan cepat mereka<br />

memanfaatkan kejadian ini. ‘ini adalah buah-buah dari doktrin-doktrin Berquin,” teriak mereka.<br />

“Semua akan diruntuhkan oleh komplotan Lutheran—agama, undang-undang, dan bahkan<br />

takhta sendiri.”—Ibid. Sekali lagi Berquin ditahan. Raja mengundurkan diri dari Paris, dan<br />

dengan demikian para biarawan bebas melakukan kemauan mereka. Pembaru itu diadili dan<br />

dijatuhi hukuman mati. Hukuman mati dilaksanakan hari itu juga, supaya Francis tidak sempat<br />

menyelamatkannya. Pada tengah hari Berquin dibawa ke tempat pelaksanaan hukuman mati.<br />

Orang ramai sekali berkumpul menyaksikan kejadian itu. Dan banyak yang merasa heran dan<br />

sedih melihat bahwa yang menjadi korban adalah seorang dari keluarga bangsawan Perancis<br />

yang terbaik dan paling pemberani. Keheranan, kemarahan, makian dan kebencian serta<br />

dendam kesumat meliputi wajah orang ramai. Tetapi pada satu wajah tidak ada kemurungan.<br />

Pikiran sang martir atau syuhada itu jauh dari suasana kemurungan dan kekacauan. Ia<br />

menyadari hanya hadirat Tuhannya.<br />

Kereta narapidana yang ditumpanginya, wajah-wajah seram para peng-aniaya, kematian<br />

yang mengerikan yang akan dijalaninya,—semua ini ti-dak dihiraukannya. Ia yang hidup dan<br />

yang telah mati, dan yang telah hi-dup kembali untuk selama-lamanya, dan yang mempunyai<br />

anak kunci maut dan neraka, ada disampingnya. Wajah Berquin disinari dengan terang dan<br />

kedamaian surga. Ia mengenakan sendiri pakaian yang mewah, memakai “satu jubah dari<br />

beludru, baju kuno yang terbuat dari satin dan sutra, dan celana ketat yang berwarna<br />

142

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!