15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

Dengan bekerja melalui kecemburuan raja-raja dan golongan-golongan yang memerintah,<br />

Roma telah mempengaruhi mereka untuk terus memperbudak rakyat. Mengetahui dengan jelas<br />

bahwa negara dengan demikian akan dilemahkan, dan bermaksud dengan cara ini mengikat baik<br />

pemerintah maupun rakyat ke dalam perbudakannya. Dengan peraturannya yang memandang<br />

jauh kedepan ia melihat bahwa untuk memperbudak orang-orang dengan efektif harus<br />

dibelenggu jiwa mereka. Dan untuk memastikan mereka tidak melarikan diri dari perbudakan<br />

itu ialah dengan tidak memberikan kebebasan sama sekali kepada mereka. Yang seribu kali<br />

lebih ngeri dari penderitaan fisik yang diakibatkan kebijakan atau pertauran ini ialah<br />

pemerosotan moral. Karena tidak lagi mendapat pengajaran dari Alkitab, selain dari ajaran<br />

kefanatikan dan mementingkan diri sendiri, maka rakyat diselubungi oleh kebodohan dan<br />

ketakhyulan, dan tenggelam dalam sifat-sifat buruk, sehingga sama sekali tidak sesuai lagi<br />

untuk mempunyai pemerintahan sendiri.<br />

Akan tetapi akibat dari semua ini berbeda dengan apa yang diharapkan oleh Roma. Sebagai<br />

gantinya membuat massa secara buta tunduk kepada dogma-dogmanya, pekerjaannya telah<br />

berhasil membuat mereka menjadi tidak setia dan menjadi revolusionis atau meberontak.<br />

Romanisme mereka pandang dan benci sebagai kelicikan imam-imam. Mereka memandang<br />

para pendeta dan rohaniawan sebagai kelompok penindas mereka. Satu-satunya yang mereka<br />

kenal ialah ilah Roma, ajarannya adalah agama mereka. Mereka menganggap ketamakannya<br />

dan kekejamannya adalah buah-buah sah Alkitab, sedangkan mereka sendiri tidak kebagian<br />

apa-apa. Roma telah memberikan gambaran yang salah mengeni tabiat Allah, dan memutarbalikkan<br />

tuntutan-Nya. Dan sekarang menolak baik Alkitab maupun Pengarangnya. Roma<br />

menghendaki orang percaya kepada dogma-dogmanya dengan membabibuta, seolah-olah itu<br />

dibenarkan oleh Alkitab. Sebagai reaksinya, Voltaire dan rekan-rekannya sama sekali<br />

mengesampingkan firman Allah, dan menyebarkan dimana-mana racun pemberontakan. Roma<br />

telah menginjak-injak rakyat, dan sekarang massa, yang telah dihinakan dan brutal, melepaskan<br />

diri dari kelaliman dan menolak semua kekangan pembatasan. Kemarahan terhadap kecurangan<br />

yang licik, yang kepada siapa selama ini mereka membayar upeti atau penghormatan, mereka<br />

menolak kebenaran dan kepalsuan sekaligus. Dan para budak ini salah mengerti mengenai<br />

kebebasan mereka, sehingga mereka bersukaria di dalam kebebasan mereka yang masih di<br />

angan-angan.<br />

Pada permulaan Revolusi, atas izin raja, rakyat diberi perwakilan melebihi para bangsawan<br />

dan para rohaniawan digabungkan. Dengan demikian perimbangan kekuasaan ada di tangan<br />

mereka. Tetapi mereka belum siap untuk menggunakannya dengan bijaksana dan dengan sikap<br />

yang wajar. Ingin mengganti kesalahan-kesalahan yang membuat mereka menderita, mereka<br />

memutuskan untuk menjalankan rekronstruksi (membangun kembali) masyarakat. Kemarahan<br />

rakyat jelata, yang pikirannya dipenuhi oleh kenangan kesalahan pahit yang lama, memutuskan<br />

untuk merevolusi keadaan penderitaan yang telah tidak tertanggung lagi, dan membalas dendam<br />

kepada mereka yang mereka anggap sebagai penyebab penderitaan mereka. Orang-orang yang<br />

tertindas itu melaksanakan apa yang mereka pelajari dari kelaliman, dan menjadi penindas<br />

mereka yang telah menindas mereka.<br />

176

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!