15.04.2023 Views

Kisah Spiritual dua Kota

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

Para rohaniwan dan para bangsawan dipaksa menyerah kepada kekejaman rakyat yang sudah bangkit naik pitam itu. Kehausan mereka untuk membalas dendam dirangsang oleh kematian raja; dan dia yang mendekritkan kematiannya, segera juga menyusul ke tiang gantungan pembakaran. Suatu pembunuhan umum atas semua yang dicurigai memusuhi Revolusi telah ditetapkan. Penjara-penjara penuh sesak, pada suatu waktu berisi lebih dari dua ratus ribu orang tawanan. Kota-kota kerajaan itu dipenuhi horor. Satu golongan atau kelompok revolusionis melawan golongan atau kelompok lain. Dan Perancis menjadi medan persaingan massa, digoncang oleh kekejaman hawa nafsu mereka. “Di Paris huru-hara dan kerusuhan susul menyusul, dan penduduk terbagi-bagi dalam faksi-faksi, yang tampaknya tidak ada maksud lain selain saling membinasakan atau menyingkirkan.” Dan sebagai tambahan kepada penderitaan umum, bangsa ini menjadi terlibat dalam perang yang berkepanjangan yang paling merusakkan, dengan kekuasaan-kekuasaan besar. “Negara itu hampir-hampir bangkrut. Tentara berteriak karena tunggakan gaji mereka, orang-orang Paris kelaparan, daerah-daerah diporak-porandakan oleh perampok-perampok, dan peradaban hampir dilenyapkan dalam kekacauan dan kebebasan.”

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kisah</strong> <strong>Spiritual</strong> Dua <strong>Kota</strong><br />

‘Aubigne, b. 1, Ch. Untuk terakhir kalinya, Huss dibawa kembali ke hadapan konsili.<br />

Mahkamah sekali ini adalah mahkamah yang brilian dan luas—dihadiri oleh kaisar, para<br />

pangeran kerajaan, para deputi kerajaan, para kardinal, uskupuskup dan imam-imam; dan orang<br />

banyak yang datang sebagai penonton kejadian hari itu. Dari seluruh dunia Kekristenan telah<br />

berkumpul untuk menyaksikan korban besar yang pertama ini yang telah lama memperjuangkan<br />

kebebasan hati nurani.<br />

Setelah dipanggil untuk mendengarkan keputusan terakhir, Huss menya-takan penolakannya<br />

untuk menyangkal keyakinannya, dan sambil menuju-kan pandangannya yang tajam kepada<br />

kaisar yang kata-kata janjinya telah dilanggar dengan tidak mengenal malu, ia mengatakan,<br />

“Saya memutuskan atas kemauan saya sendiri, untuk hadir di hadapan konsili ini di bawah<br />

perlindungan umum dan jaminan keselamatan kaisar yang hadir di sini.”—Bonnechose, Jld. II,<br />

hlm. 84. Wajah Kaisar Sigismund menjdi merah padam pada waktu semua mata orang yang<br />

hadir di mahkamah itu meman-dang kepadanya.<br />

Keputusan telah diumumkan, upacara penurunan pangkat pun dimulai. Para uskup<br />

mengganti pakaiannya dan memakaikan pakaian keimamatan. Dan pada waktu ia mengenakan<br />

pakaian keimamatan itu, ia berkata, “Tuhan kita Yesus Kristus telah dibungkus dengan kain<br />

putih sebagai penghinaan pada waktu Herodes memerintahkan menghadapkannya kepada<br />

Pilatus.”—Ibid, hlm. 86. Pada waktu sekali lagi ia diminta untuk menarik kembali<br />

pernyataannya, ia menjawab sambil berbalik kepada orang banyak, “Lalu dengan muka apa<br />

saya harus memandang Surga? Bagaimana saya melihat orang banyak itu kepada siapa saya<br />

sudah khotbahkan Injil yang sejati? Tidak. Saya lebih menghargai keselamatan mereka daripada<br />

tubuh saya yang hina ini, yang sekarang telah diputuskan untuk dibunuh.” Pakaiannya<br />

ditanggalkan satu persatu; setiap uskup mengatakan kata-kata kutukan sementara mereka<br />

melakukan tugasnya dalam upacara itu. Akhirnya, “mereka mengenakan di atas kepalanya<br />

sebuah topi atau semacam topi yang dipakai oleh uskup dalam upacara, yang berbentuk<br />

piramida dan terbuat dari kertas. Dikertas itu dilukiskan gambar-gambar Setan dengan kata-kata,<br />

‘Kepala Bidat,’ dituliskan dengan menyolok di bagian depan. ‘Sangat senang’ kata Huss, ‘akan<br />

saya pakai mahkota yang memalukan ini dni Engkau, O, Yesus, yang telah mengenakan<br />

mahkota duri untukku”‘ Setelah itu, “para pejabat tinggi gereja berkata, ‘Sekarang kami<br />

serahkan jiwamu kepada Setan.’ ‘Dan saya,’ kata John Huss, dengan menengadah ke langit,<br />

‘menyerahkan rohku kedalam tangan-Mu, O, Tuhan Yesus, oleh karena Engkau telah menebus<br />

aku.’”—Wylie, b. 3, psl. 7.<br />

Sekarang ia diserahkan kepada pejabat-pejabat pemerintah, dan dibawa ke tempat<br />

pelaksanaan hukuman mati. Suatu arak-arakan besar mengikuti dia, ratusan orang bersenjata,<br />

para imam dan para uskup dengan berpakaian yang mahal-mahal, dan penduduk kota Constance.<br />

Pada waktu ia diikat ke tiang gantungan, dan semua sudah siap untuk menyalakan api, orang<br />

martir (mati syahid) ini sekali lagi diimbau untuk menyelamatkan dirinya dengan meninggalkan<br />

kesalahannya. “Kesalahan apa,” kata Huss, “yang saya harus tinggalkan? Saya tahu saya tidak<br />

bersalah. Saya memohon Allah untuk menyaksikan bahwa semua yang saya telah tuliskan dan<br />

khotbahkan adalah demi penyelamatan jiwa-jiwa dari dosa dan kebinasaan. Dan oleh sebab itu,<br />

64

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!