11.07.2015 Views

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DEMOCRACY PROJECTminatif. Akibat negatif diskriminasiitu diperburuk oleh sikap paraSantri sendiri, di bawah pimpinanpara ‘ulamâ’, yang menempuh politiknon-koperatif dengan Belanda,bahkan isolatif. Ketika pemerintahkolonial dengan segala “iktikadbaik”-nya (berdasarkan gerakanKemanusiaan dan Sosialisme diNegeri Belanda yang menghasilkan“Politik Etis”) ingin menyertakanrakyat “Hindia Belanda” dalam peradabanmodern (Eropa) antara laindengan memperkenalkan pendidikanmodern (Belanda, Barat,sekular), para ‘ulamâ’ mengimbanginyadengan mengembangkandan mendirikan lebih banyak pesantren.Sebagai bagian dari tradisi budayaIslam Indonesia, meskipunpesantren telah ada sejak beberapaabad (dan dapat dilihat sebagai kelanjutantradisi mapan serupa dinegeri-negeri Islam dari kalangankaum sufi seperti zâwiyah danribâth di India dan Timur Tengah),namun suatu kenyataan yang sangatmenarik ialah bahwa sistem pendidikantradisional Islam itu berkembangpesat pada peralihan abadyang lalu. Pesantren-pesantren besardi kompleks Jombang-Kediri, sepertiTebuireng, Tambakberas,Rejoso, Denanyar, Jampes, Lirboyo,dan lain-lain (yang kelak pengaruhnyabegitu besar pada kehidupannasional, antara lain melalui organisasiNahdlatul Ulama, Nahdlatul‘Ulamâ’), tumbuh dan berkembangkurang lebih sebagai saingan terhadapsekolah-sekolah formal kolonial.Dalam lembaga-lembaga pendidikanitu terasa sekali semangatpengucilan diri dari sistem kolonialpada umumnya. Secara simbolik halitu dicerminkan dalam sikap para‘ulamâ’ yang mengharamkan apasaja yang datang dari Belanda, darihal yang cukup prinsipil seperti ilmupengetahuan modern (dan hurufLatin) sampai hal-hal sederhanaseperti celana dan dasi. Ajakanpemerintah kolonial kepada merekauntuk ikut serta dalam “peradabanmodern” disambut dengan sikapberdasarkan sebuah hadis, “Barangsiapameniru suatu kaum, maka iatermasuk kaum itu” (Man tasyabbahabi qawmin fahuwa minhum).Maka meniru “kaum” Belanda dengan,misalnya, memakai celana,membuat yang bersangkutan termasuk“kaum” Belanda yang “kafir”.Tentu dalam menilai secara lebihadil sikap para ‘ulamâ’ tersebut kitatidak boleh melupakan aspirasi merekayang sangat nasionalistik danpatriotik.SARUNGAgama mengajarkan supayakaum laki-laki paling tidak menu-Ensiklopedi Nurcholish Madjid 2931

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!