11.07.2015 Views

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DEMOCRACY PROJECTmana pun dari dua kemungkinanitu, jelas menyalahi jiwa pahamtawhîd yang mengajarkan tentangTuhan, Kebenaran Final (al-Haqq),sebagai Wujud yang tidak sebandingdengan sesuatu apa pun juga (Q.,112: 4) dan tidak ada sesuatu apapun juga yang semisal dengan Dia(Q., 42: 11). Jadi, Tuhan tidak analogdengan sesuatu apa pun. Karenaitu, Tuhan juga tidak mungkinterjangkau oleh akal manusia yangnisbi. Ini dilukiskan dalam KitabSuci, Itulah Allah, Tuhanmu sekalian,tiada Tuhan selain Dia,Pencipta segala sesuatu. Maka sembahlahakan Dia; Dia adalah Pelindungatas segala sesuatu. Pandangantidak menangkap-Nya dan Diamenangkap semua pandangan. Diaadalah Mahalembut, Mahateliti (Q.,6: 102-3).Begitulah, kurang lebih, sebagiandari makna surat Al-Fâtihah,yang sebagai bacaan inti dalamshalat dengan sendirinya menjiwaimakna shalat itu. Maka untuk doayang kita panjatkan dengan harapharapcemas agar ditunjukkan kejalan yang lurus, pada akhir Al-Fâtihah kita mengucapkan dengansyahdu lafal âmîn, yang artinya,“Semoga Allah mengabulkan permohonanini.” Dan sikap kita yangpenuh keinsyafan sebagai kondisiyang sedang menghadap atautawajjuh (“berwajah-wajah”) kepadaTuhan itulah yang menjadi intimakna intrinsik shalat kita.SHALAT: MATI DALAM HIDUPDimensi hubungan vertikal dalamshalat telah melahirkan sebuahungkapan di kalangan kaum sufibahwa shalat adalah mati dalam hidupkarena dalam kematian yangada hanya hubungan vertikal. DalamAl-Quran banyak sekali terdapatgambaran demikian, bahwakalau kita mati, seluruh pertanggungjawabanhanya kepada Allah,pribadi mutlak. Dan jagalah dirimudari suatu hari tatkala tak seorangpun mampu membela (menolong—NM) yang lain, juga tak ada perantarayang bermanfaat baginya,atau tebusan yang akan diterimadaripadanya, dan tiada pula merekadiberi pertolongan (syafaat—NM)(Q., 2: 48). Bahwa di akhirat tidakseorang pun dapat menolong kita,tidak diterima uang tebusan untukmeringankan dosa, dan tidak jugaada syafaat. Dalam masalah syafaat,terdapat perselisihan pendapat,meski ayat di atas menolaknya secaramutlak. Sedang dalam ayat kursiada indikasi, Siapakah yang dapatmemberi perantaraan di hadapan-Nya tanpa izin-Nya (Q., 2: 255).Dalam memahami keteranganQ., 2: 255 di atas, terdapat dua3016 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!