11.07.2015 Views

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DEMOCRACY PROJECTmenerimanya dengan ketulusanyang terbit dari lubuk hatinya. Iaharus merasakan ketentuan hukumitu sebagai sesuatu yang berakardalam komitmen spiritualnya.Kenyataan ini tecermin dalamsusunan kitab-kitab fiqih, yangselalu dimulai dengan bab pensucian(thahârah) lahir sebagai awalpensucian batin.Walaupun begitu, tetap adakemungkinan orang mengenalimana yang lebih lahiriah, dan manapula yang batiniah. Sebenarnya,sudah sejak zaman Rasulullah Saw.sendiri, terdapat kelompok parasahabat Nabi yang lebih tertarikkepada hal-hal yang bersifat batiniah.Disebut-sebut, misalnya, kelompokahl al-shuffah, yaitu sejumlahsahabat yang memilihhidup sebagai faqîr dan sangat setiakepada masjid. Tidak heran kalaukelompok ini, dalam literatur kesufian,sering diacu sebagai teladankehidupan saleh di kalangan parasahabat.Al-Quran sendiri memuat berbagaifirman yang merujuk kepadapengalaman spiritual Nabi. Misalnya,lukisan tentang dua kalipengalaman Nabi bertemu danberhadapan dengan Malaikat Jibrildan Allah. Yang pertama ialahpengalaman beliau ketika menerimawahyu pertama di Gua Hirâ’, diatas Bukit Cahaya (Jabal Nûr). Danyang kedua ialah pengalaman beliaudengan perjalanan malam(isrâ’) dan naik ke langit (mi‘râj)yang terkenal itu.Bagi kaum sufi, pengalamanNabi dalam Isrâ’ Mi‘râj itu adalahsebuah contoh puncak pengalamanruhani yang bisa dipunyai olehseorang nabi. Namun, kaum sufiberusaha untuk meniru dan mengulanginyabagi diri mereka sendiri,dalam dimensi, skala, dan formatyang sepadan dengan kemampuanmereka. Sebab inti pengalaman ituialah penghayatan yang pekat akansituasi diri yang sedang berada dihadapan Tuhan, dan bagaimana ia“bertemu” dengan Zat Yang Mahatinggiitu. “Pertemuan” denganTuhan dengan sendirinya jugamerupakan puncak kebahagiaan,yang dilukiskan dalam sebuah hadissebagai “sesuatu yang tak pernahterlihat oleh mata, tak terdengar olehtelinga, dan tak terbetik dalam hatimanusia.” Sebab dalam “pertemuan”itu, segala rahasia kebenaran“tersingkap” (kasyf) untuk sanghamba, dan sang hamba pun leburdan sirna (fanâ’) dalam Kebenaran.Maka Ibn ‘Arabî, misalnya, melukiskan“metode” atau tharîqahnyasebagai perjalanan ke arahpenyingkapan Cahaya Ilahi, melaluipengunduran diri (khalwah) darikehidupan ramai.Ensiklopedi Nurcholish Madjid 3321

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!