11.07.2015 Views

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DEMOCRACY PROJECThamba, maka manifestasinya daridua jurusan. Pertama, apresiasibahwa Tuhan itu dekat sekalikepada hamba. Karena itulah,firman-firman Allah yang memberikanilustrasi mengenai kedekatankepada hamba ini sangatpopuler di kalangan mereka, misalnya,firman bahwa Allah itu lebihdekat kepada manusia daripada uratlehernya sendiri (Q., 50: 16). Lalu,Allah itu menjadi sekat antaradirinya dan hatinya sendiri. Kalaukita bisa mengenali diri kita sendirisecara analitis bahwa ini adalah dirisaya dan ini adalah hati saya, ditengah-tengah itu adalah Tuhan.Dalam Al-Quran disebutkan, Ketahuilahbahwa Allah berada antaramanusia dan hatinya (Q., 8: 24).Artinya, Allah itu menjadi sekatantara seseorang dan hatinya sendiri.Ini yang disebut tasybîh. Dalampaham keagamaan, terutamaIslam, ada tensi atau keteganganantara tanzîh dan tasybîh, antarapersepsi kepada Tuhan sebagai yangserba-transendental dan yang serbaimmanen;antara serba-Mahatingginan jauh di sana, bertahta di atassinggasana (yang Al-Quran sendirimemberikan lukisan seperti itu),dan yang serbahadir bersama kita,yang dalam bahasa Al-Quran dinyatakan,Sesungguhnya Allah bersamakita (Q., 9: 40).Sekali lagi bahwa dalam pahamketuhanan (Islam), ada tensi antarakeduanya. Ada yang lebih berat ketransendentalisme seperti ilmukalam Asy‘ari, tetapi ada yang sangatimmanen atau serba-immanen,yaitu di kalangan kaum sufi. Ibn‘Arabi sendiri menyadari adanyakesulitan itu, lalu mengatakan,“Kalau kamu menganut pahamtransendentalisme, kamu telah membatasiTuhan.” Alasannya bahwadengan begitu, Tuhan tidak menyertaikita, dan Tuhan menjaditerbatas, menjadi suatu kategoriabstrak yang jauh di sana, yangtidak berfungsi. “Namun, kalau kamumenganut immanentisme, kamupun sebetulnya membatasi juga. Kalaukamu sekaligus penganut transendentalismedan immanentisme, engkau benar. Olehkarena itu, engkau menjadi pemimpin,dan dalam ilmu pengetahuanengkau adalah sayyid, aristokrat.Barang siapa bicara tentang dua, diamusyrik. Barang siapa bicara tentangkesatuan, dia itulah tauhid.”Jadi, meskipun Tuhan dikatakansebagai transendental sekaligusimmanental, tidak berarti kemudianharus dipahami ada dua (Tuhandi sana atau Tuhan di sini), pahamseperti itu masih musyrik. Yangbenar, kata Ibn ‘Arabi, adalah kalaudipahami sebagai satu. Dari pahaminilah kemudian Ibn ‘Arabi masukpada wahdatul wujud (wahdat alwujûd).Lanjut Ibn ‘Arabi, “Karena itukamu harus waspada, jangan sampaiEnsiklopedi Nurcholish Madjid 3581

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!