11.07.2015 Views

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

ensiklopedi nurcholish madjid - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DEMOCRACY PROJECTmelatih diri untuk menyadari kehadiranTuhan dalam hidup kita.Keadaan merasakan atau menyadarikehadiran Tuhan dalam hidupseperti yang terjadi dalam shalat,disebut tawajjuh. Itulah alasan shalatdimulai dengan membaca doapembukaan innî wajjahtu wajhiyalilladzî fathara al-samâwâti wa alardl(sesungguhnya aku sedang menghadapkanwajahku kepada Dia yangtelah menciptakan seluruh langit danbumi).Pada dasarnya, tawajjuh berartiberhadap-hadapan, yaitu situasiberaudiensi di hadapan Tuhan. Makasikap terbaik dalam situasi iniadalah ihsân, sebuah tingkat tertinggidari trilogi sikap keagamaandalam Islam. Tingkat yang palingluar adalah islâm, yang berarti tundukdalam arti lahiri (menyatakandiri Islam). Ketika seseorang menyatakandemikian, dia tidak bolehdipertanyakan tingkat keikhlasannyakarena merupakan suatu sikaphati. Meski demikian, ada indikasidalam Al-Quran bahwa semestinyaorang yang telah islâm berusahameningkatkan diri menjadi orangber-îmân yang selanjutnya meningkatmenjadi orang yang berihsân,yakni “ketika menyembahAllah seolah-olah engkau melihat-Nya, tetapi jika kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Allah melihatmu.”Artinya, suatu penghayatan kehadiranTuhan yang sangat intensifdan mendalam. Penghayatan demikianlahyang diharapkan dari pengalamanketika kita melakukan shalat.Maka, shalat tidak diperintahkandalam bentuk shallû (bershalatlahkamu), tetapi aqîmû al-shalâh (tegakkanlahshalat). Karena, apa yangdituntut dari shalat tidaklah semata-matatingkah laku fisik sepertiruku’ dan sujud, tetapi penghayatantentang maknanya.Secara simbolik, shalat mencakupmakna yang dimulai dengantakbîrat al-ihrâm, yakni mengucapkalimat Allâhu akbar yang merupakanpengharaman atas semuatindakan yang bersifat hablun minal-nâs. Asumsinya, semua tindakanyang berdimensi horizontal diharamkanagar kita bisa memusatkanperhatian kepada Allah saat beraudiensidengan-Nya. Karena itu,seluruh bacaan dalam shalat sebetulnyadirancang sebagai dialog denganAllah. Seperti Al-Fâtihah yangdimulai dengan, al-hamdu li ‘l-Lâh-iRabb-i ‘l-‘âlamîn—Segala puji bagiAllah, Maha Pemelihara Semestaalam(Q., 1: 2)—meskipun ada perbedaanpendapat apakah basmalahmerupakan bagian dari Al-Fâtihahatau tidak. Kemudian, kita mengakuiotoritas Allah yang Mâlik-iyawm-i ‘l-dîn—Penguasa Hari Perhitungan(Q., 1: 4), yaitu tempatmempertanggungjawabkan seluruhperbuatan secara pribadi. Denganmengakui otoritas Allah, kita pun3008 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!