22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(122) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

2 (2) Kassapa (2)<br />

Di Sāvatthī. Sambil berdiri di satu sisi, deva muda Kassapa berkata<br />

dalam syair berikut ini di hadapan Sang Bhagavā:<br />

256. “Seorang bhikkhu seharusnya adalah seorang meditator,<br />

Seorang yang pikirannya bebas,<br />

Jika ia menginginkan pencapaiannya,<br />

Condong pada hal itu sebagai keuntungannya.<br />

Setelah mengetahui timbul dan lenyapnya dunia,<br />

Pikirannya menjadi luhur dan tidak melekat.” 145 [47]<br />

3 (3) Māgha<br />

Di Sāvatthī. Pada larut malam, deva muda bernama Māgha dengan<br />

keindahan memesona, menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Sang<br />

Bhagavā. Setelah mendekat, ia memberi hormat kepada Sang Bhagavā,<br />

berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Sang Bhagavā: 146<br />

257. “Setelah membunuh apakah seseorang tidur dengan lelap?<br />

Setelah membunuh apakah seseorang tidak bersedih?<br />

Apakah satu hal, O, Gotama,<br />

Yang merupakan pembunuhan yang Engkau setujui?”<br />

258. “Setelah membunuh kemarahan, seseorang tidur dengan<br />

lelap;<br />

Setelah membunuh kemarahan, seseorang tidak bersedih;<br />

Pembunuhan kemarahan, O, Vatrabhū,<br />

Dengan akar beracun dan pucuk bermadu:<br />

Ini adalah pembunuhan yang dipuji oleh para mulia,<br />

Karena setelah membunuh itu, seseorang tidak bersedih.”<br />

4 (4) Māgadha<br />

Di Sāvatthī. Dengan berdiri di satu sisi, deva muda bernama Māgadha<br />

berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:<br />

259. “Berapakah sumber cahaya di dunia

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!