22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(498) 1. Buku dengan Syair (Sagàthàvagga)<br />

526.<br />

527.<br />

lebih umum dalam 16:5 (II 203,7) sehubungan dengan generasi<br />

tua para bhikkhu yang tercerahkan.<br />

Dalam pāda c, , kita bersama dengan Be, Se, dan Ee2 harus mem-<br />

baca buddhadāyādo, bukannya Ee1 buddhasāvako. Spk mengatakan<br />

bahwa walaupun hanya empat abhiññā disebutkan, sang bhikkhu<br />

memiliki keseluruhan enam. Ia datang untuk memohon izin<br />

dari Sang Buddha karena ia menyadari bahwa waktunya untuk<br />

Parinibbāna sudah mendekat. Setelah pertemuan ini, ia kembali<br />

ke Himalaya dan melewatkan meninggal dunia dalam gubuknya.<br />

Gajah-gajah adalah yang pertama meratapi kematiannya dan<br />

memberikan penghormatan dengan membawa jenazahnya dalam<br />

suatu prosesi mengelilingi Himalaya. Kemudian para deva<br />

membuatkan peti jenazah untuk jenazahnya dan membawanya<br />

ke berbagai alam surga agar para deva dan brahmā dapat memberikan<br />

penghormatan terakhir kepadanya, setelah itu, peti<br />

jenazah itu dikembalikan ke alam manusia untuk dikremasi.<br />

Sisa-sisanya diserahkan kepada Sang Buddha yang menyimpannya<br />

dalam sebuah cetiya, “dan bahkan hari ini, dikatakan bahwa<br />

cetiya itu masih berdiri”.<br />

Dalam semua edisi SN dan Th 1251, teks di sini tertulis<br />

sabbaṅgasampannaṃ dalam pāda a dan anekākārasampannaṃ dalam<br />

pāda c, kedua bentuk tunggal akusatif merupakan keterangan<br />

tambahan bagi Sang Buddha. Tulisan ini tidak diragukan<br />

dalam bentuk kuno, karena dikomentari demikian baik oleh<br />

Spk maupun Th-a. Ini membingungkan, akan tetapi, bahwa setelah<br />

dijelaskan sebagai “sempurna dalam segala hal”, Sang Buddha<br />

kemudian digambarkan sebagai “sempurna dalam banyak<br />

kualitas”—nyaris seolah-olah kemuliaan-Nya memudar. Saya<br />

menerima solusi cerdas VĀT atas persoalan ini: memperbaiki<br />

kata majemuk dalam pāda c menjadi bentuk jamak nominatif,<br />

anekākārasampannā, yang kemudian menjadi keterangan, segalanya<br />

cocok, dari para Arahanta dengan tiga pengetahuan<br />

yang melayani Sang Buddha. Ini adalah subjek dari payirūpāsanti,<br />

sedangkan Gotamaṃ tetap sebagai objek, masih memenuhi syarat<br />

sebagai sabbaṅgasampannaṃ. Perhatikan bahwa pada Th 1158c,<br />

anekākārasampanne digunakan sehubungan dengan Sāriputta

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!