22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(262) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

deva, Māra, dan Brahmā, dalam generasi ini bersama dengan para<br />

petapa dan brahmana, para deva dan manusia, yang dapat memakan<br />

dan mencerna kue persembahan ini dengan baik [169] kecuali Sang<br />

Tathāgata atau siswa Sang Tathāgata. 450 Oleh karena itu, Brahmana,<br />

buanglah kue persembahan ini di tempat di mana terdapat sedikit<br />

tanaman atau buanglah di air di mana tidak terdapat makhluk<br />

hidup.”<br />

Kemudian Brahmana Sundarika Bhāradvāja membuang kue<br />

persembahan itu ke dalam air di mana tidak terdapat makhluk hidup.<br />

Ketika dibuang ke dalam air, kue persembahan itu mendesis dan<br />

mengeluarkan uap dan asap. 451 Bagaikan sebuah bajak, yang terkena<br />

panas sepanjang hari, mendesis dan mengeluarkan uap dan asap<br />

ketika diletakkan ke dalam air, demikian pula kue persembahan itu,<br />

ketika dibuang ke dalam air, mendesis dan mengeluarkan uap<br />

dan asap.<br />

Kemudian Brahmana Sundarika Bhāradvāja terkejut dan ketakutan,<br />

mendekati Sang Bhagavā dan berdiri di satu sisi. Sang Bhagavā<br />

kemudian berkata kepadanya dalam syair:<br />

643. “Ketika membakar kayu, Brahmana, jangan<br />

membayangkan<br />

Perbuatan eksternal ini membawa kemurnian;<br />

Karena para ahli mengatakan tidak ada kemurnian yang<br />

diperoleh<br />

Oleh seseorang yang mencarinya di luar.<br />

644. “Setelah memadamkan api yang berasal dari kayu,<br />

Aku sendiri, O, Brahmana menyalakan api dalam.<br />

Selalu menyala, pikiran-Ku selalu terkonsentrasi,<br />

Aku adalah seorang Arahanta yang menjalani kehidupan<br />

suci.<br />

645. “Keangkuhan, O, Brahmana, adalah beban bahumu, <br />

Kemarahan adalah asap, ucapan salah adalah abu;<br />

Lidah adalah sendoknya, hati adalah altar,<br />

Diri yang terjinakkan dengan baik adalah cahaya bagi<br />

seseorang. 452

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!