22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(368) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

20:18-19), akan tetapi, berdasarkan pada Paṭis II 238-42, hanya<br />

empat puluh cara yang diuraikan pada (ii). Empat-puluh-dua<br />

cara di Vism 655, 15-30 (Ppn 21:59), sehubungan dengan “melihat<br />

bentukan-bentukan sebagai hampa”.<br />

Seseorang tidak memandang “seseorang yang mengungkapkan”<br />

(akkhātaraṃ a maññati). Spk: Arahanta a tidak memandang si pembicara<br />

sebagai suatu individu (puggala); yaitu ia tidak lagi menganggap<br />

lima kelompok unsur sebagai “milikku”, “aku”, dan<br />

“diriku”.<br />

Itu tidak ada baginya (taṃ hi tassa na hotī ti): dalam bait ini, saya<br />

mengikuti SS dalam mengabaikan, sebagai penambahan, katakata<br />

a tassa atthi, yang terdapat dalam semua edisi cetakan. Versi<br />

Skt juga, disebutkan pada Ybhūs 2:2 (Enomoto, CSCS, p. 23), tidak<br />

memasukkan frasa tersebut, namun membaca: tad vain a vidyate<br />

tasya, vadeyur yena tam pare, “Itu tidak ada baginya yang orang<br />

lain katakan tentang dirinya.”<br />

Spk menjelaskan bahwa tidak ada alasan untuk mengatakan<br />

Arahanta sebagai bernafsu, atau membenci, atau bodoh. Akan<br />

lebih sesuai, mungkin, untuk melihat bait kedua sebagai merujuk<br />

pada Arahanta setelah parinibbāna, ketika dengan melepaskan<br />

lima kelompok unsur kehidupan (‘apakah yang dapat diungkapkan’)<br />

ia pergi melampaui ungkapan verbal (baca Sn 1076). Harus<br />

diperhatikan bahwa kedua syair ini berhubungan erat dengan<br />

Mūlapariyāya Sutta (MN No. 1). Spk menyebutkan bahwa syair<br />

ini mendiskusikan sembilan Dhamma Lokuttara yang “terlihat<br />

secara langsung”, yaitu empat jalan, empat buah, dan Nibbāna.<br />

37. “Tiga pembedaan” ( tayo vidhā) adalah tiga modus keangkuhan:<br />

keangkuhan “aku lebih baik” (seyyo ‘ham asmimāna), keangkuhan<br />

“aku sama dengan” (sadiso ‘ham asmimāna), , dan keangkuhan<br />

“aku lebih buruk” (hino ‘ham asmimāna). Baca 22:49 (III<br />

48-49), 45:162, 46:41. Pada Vibh 389-90 ditunjukkan bahwa tiga<br />

ini menjadi sembilan ketika maing-masing tiga ini dianut oleh<br />

seseorang yang sungguh-sungguh lebih baik, sungguh-sungguh<br />

sama, atau sungguh-sungguh lebih buruk. Seseorang yang “tidak<br />

tergoyahkan dalam tiga pembedaan ini” adalah Arahanta, yang

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!