22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pendahuluan (47)<br />

Sutta-sutta selanjutnya dalam saṃyutta ini mencakup spektrum<br />

topik yang luas tanpa logika tertentu dalam urutannya. Sutta-sutta<br />

tersebut menjangkau dari yang sederhana hingga yang mendalam,<br />

dari yang bersifat humor hingga yang sangat serius. Percakapan ini<br />

membahas praktik-praktik etis seperti memberi, melayani orang lain,<br />

dan tidak melukai; kesulitan-kesulitan dalam pelepasan keduniawian<br />

dan kehidupan bermeditasi; upaya yang tekun; dukacita kehidupan<br />

manusia dan perlunya kebebasan. Terdapat juga sutta-sutta tentang<br />

kebahagiaan dan keseimbangan Sang Arahanta, dan beberapa yang<br />

menyentuh keagungan-Nya. Dalam banyak sutta bagian prosa berfungsi<br />

meletakkan kerangka percakapan, yang akhirnya menyisakan hanya<br />

syair percakapan dengan identitas pembicara dikenali. Tetapi kita<br />

juga kadang-kadang menemukan kisah singkat, seperti kisah devatā<br />

perempuan yang mencoba untuk menggoda Bhikkhu Samiddhi (1:20)<br />

atau “para deva pencari kesalahan” yang menuduh Sang Buddha sebagai<br />

munafik (1:35), atau kunjungan pada Sang Buddha oleh sekelompok<br />

deva ketika kaki Beliau terluka oleh pecahan batu. (1:38).<br />

Biasanya identitas pribadi sang devatā tidak terungkap. Suatu<br />

pengecualian adalah sepasang sutta di mana Kokanadā bersaudari,<br />

puteri-puteri dewa cuaca Pajjuna, mengunjungi Sang Buddha dan<br />

memuji Beliau dan Dhamma-Nya (1:39-40). Kadang-kadang syair-syair<br />

yang diucapkan oleh dewa yang tidak dikenal muncul kembali di tempat<br />

lain dengan identitas yang disebutkan; misalnya, v.22 muncul kembali<br />

sebagai v.461, yang berasal dari Māra si Jahat; vv.156-59 muncul kembali<br />

sebagai vv.312-15, berasal dari Anāthapiṇḍika, kelahiran kembali di<br />

alam surga si dermawan besar. Juga jarang sutta-sutta menyebutkan<br />

para deva dari alam tertentu, tetapi terdapat pengecualian, seperti pada<br />

syair tentang “memuji kebaikan” sekelompok deva (satullapakāyikā<br />

devā; 1:31-34, dan seterusnya) dan tentang para deva di Alam Murni<br />

(suddhāvāsakāyikā devā’ 1:37). Komentar, tercantum dalam catatan,<br />

sering memberikan informasi latar belakang.<br />

Ketika devatā tidak mengajukan pertanyaan melainkan<br />

menyuarakan pendapat, biasanya terbentuk perlawanan antara<br />

sudut pandang si dewa, yang umumnya benar menurutnya, dan<br />

sudut pandang Sang Buddha, yang melihat segala sesuatu melampaui<br />

pengetahuan para deva (baca, misalnya, vv.3-6). Kadang-kadang

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!