22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1. Devatāputasaṃyutta: Catatan Kaki (419)<br />

172, di mana seekor serigala membuat sekelompok singa muda<br />

menjadi malu dan terdiam dengan meniru auman mereka.<br />

197. Spk: Māra berpikir, “Ia telah mencela guru-guru lain. Aku akan<br />

membuatnya memuji mereka dari mulutnya sendiri.”<br />

198. Namuci adalah nama Māra, yang mana Spk-pṭ (atas 4:1) menjelaskan<br />

sebagai bermakna “ia tidak bebas” (na muci): vaṭṭadukkhato<br />

aparimuttapaccayattā namuci; “Ia disebut Namuci karena ia tidak<br />

membiarkan seseorang terbebas dari lingkaran penderitaan.”<br />

Spk menuliskan pernyataan Sang Buddha: “Bagaikan seorang<br />

nelayan yang melemparkan umpan di ujung kailnya untuk menangkap<br />

ikan, demikian pula, dengan memuji bentuk-bentuk<br />

ini, engkau melemparkan mereka untuk menangkap makhlukmakhluk<br />

hidup.” Baca 35:230.<br />

3. Kosalasaṃyutta<br />

199. Raja Pasenadi adalah salah satu pengikut awam Sang Buddha<br />

yang paling berbakti, walaupun teks tidak pernah menyebutkan<br />

bahwa ia mencapai tingkat kesucian. Sutta ini sepertinya mencatat<br />

pertemuan pribadinya dengan Sang Buddha pertama kali.<br />

Gaya keramah-tamahannya (berbeda dengan penghormatan)<br />

dalam menyapa Sang Bhagavā menunjukkan bahwa ia belum<br />

mengakui Sang Buddha sebagai gurunya.<br />

200. Ada enam guru sekte ( cha satthāro) atau “para pembuat kanal penyeberangan”<br />

(titthakārā), di antaranya empat disebutkan dalam<br />

2:30. Dua yang belum disebutkan di atas, Sañjaya Belaṭṭhiputta<br />

adalah seorang skeptis (DN I 58,23 – 59,7) dan Ajita Kesakambalī,<br />

seorang materialis (DN I 55,15 – 56,31).<br />

201. Spk: Na uññātabbā = na avajānitabbā; na paritabhotabbā = na<br />

paribhavitabbā. Spk membedakan antara “memandang rendah”<br />

dan “menghina” sehubungan dengan masing-masing dari empat<br />

hal yang disebutkan oleh Sang Buddha. Misalnya: Seseorang<br />

memandang rendah seorang pangeran jika, ketika orang itu bertemu<br />

dengan sang pangeran, ia tidak memberi jalan atau membuka<br />

jubahnya atau bangkit dari duduknya, dan sebagainya. Seseorang<br />

menghinanya jika ia mengatakan hal-hal sebagai berikut:

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!