22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(418) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

sini sebagai kata majemuk dvanda kolektif, “latihan keras dan<br />

kehati-hatian”, dan demikianlah saya menerjemahkannya. Akan<br />

tetapi, Sv III 834,37 mengomentari DN III 40,13 – 52,22 (di mana<br />

Sang Buddha memberikan diskusi panjang mengenai bagaimana<br />

tapoijgucchā adalah tidak sempurna dan sempurna (aparipuṇṇā,<br />

paripuṇṇā), menjelaskan kata majemuk tersebut sebagai tappurisa<br />

yang berarti “kehati-hatian karena latihan keras”: Tapojigucchā ti<br />

viriyena pāpaijgucchā pāpavivajjanā; “Latihan keras – kehati-hatian:<br />

kehati-hatian sehubungan dengan kejahatan, penghindaran kejahatan,<br />

dengan mengerahkan usaha.” Tapassi dan jegucchī (kata<br />

benda yang bersesuaian dari rujukan personal) digunakan untuk<br />

menunjuk faktor-faktor terpisah dari “empat kehidupan suci”<br />

Bodhisatta yang dipraktikkan sebelum penerangan-Nya pada<br />

MN I 77,23-27 dan 78,32-36. Baca juga Basham, pp. 109-15, untuk<br />

penjelasan mengenai pertapaan Ājivika.<br />

194. Nigaṇṭha Nātaputta identik dengan Mahāvira, leluhur Jainisme.<br />

Disiplinnya yaitu pengendalian dengan empat kekang<br />

(cātuyāmasaṃvara) dijelaskan dalam DN I 57,25-27 dan MN I<br />

377,1-2. Pada MLDB, p. 482, formula itu diterjemahkan: “(Ia)<br />

dikekang oleh semua kekangan, dijepit oleh semua kekangan,<br />

dibersihkan oleh semua kekangan, dan dituntut oleh semua kekangan.”<br />

Dipertanyakan apakah teks ini atau komentarnya (Sv I<br />

168-69, Ps III 58-59) menggambarkan tradisi Jaina yang asli.<br />

195. Pakudhaka Kātiyāna adalah ejaan alternatif dari Pakudha<br />

Kaccāyana, yang ajarannya tentang tujuh tubuh (sattakāya) dijelaskan<br />

dalam DN I 56,21 – 57,34 dan dalam 24:8. Spk mengatakan<br />

bahwa pernyataan “mereka tidak jauh dari manusia unggul”<br />

sesungguhnya berarti, bahwa mereka adalah manusia unggul,<br />

yaitu ariya atau para mulia.<br />

196. Dalam pāda a, Be dan Se membaca sahācaritena; Ee1 membaca<br />

sagāravena, dikoreksi dalam Ee2 menjadi sahāravena, “bersama<br />

dengan lolongan(nya)”. Spk-pṭ mendukung ini: “Dengan hanya<br />

melolong dengan auman singa; yaitu serigala (tidak setara dengan<br />

singa) hanya dengan melolong pada saat yang sama dengan<br />

seekor singa mengaum.” Serigala dan singa adalah pasangan<br />

klasik yang berlawanan dalam literatur India kuno; baca Ja No.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!