22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(382) 1. Buku dengan Syair (Sagāthāvagga)<br />

sehubungan dengan objek yang dipikirkan sebagai indah, dan<br />

sebagainya”. Akan tetapi, kunci dalam ungkapan ini mungkin<br />

adalah Dhp 339d (=Th 760d), di mana kita menemukan saṅkappa<br />

rāganissitā, “kehendak yang didasarkan pada nafsu”. Spk menyimpulkan<br />

inti dari syair itu sebagai berikut: “Di sini, identifikasi<br />

indriawi dengan objek indria ditolak; adalah kekotoran indria<br />

yang disebut dengan indriawi.”<br />

Dhīra memperbolehkan dua turunan, satu bermakna “bijaksana”,<br />

dan yang kedua “teguh, ulet”; baca PED dan MW, s.v. dhīra.<br />

Saya biasanya menerjemahkannya sebagai “bijaksana”, mengi-<br />

kuti kemasan komentar paṇḍita, namun di tempat lain (misalnya<br />

di vv. 411e, 413e, 493a, 495a) saya memanfaatkan kerancuan kata<br />

itu dan menerjemahkannya sebagai “ulet”. Kata ini ditonjolkan<br />

dan sepertinya hanya digunakan dalam syair ini.<br />

73. Akiñcana dalam pāda c adalah sebutan umum untuk Arahanta.<br />

Spk menjelaskannya sebagai hampa dari “sesuatu” (atau rintangan)<br />

dari nafsu, kebencian, dan kebodohan (baca 41:7; IV 297,<br />

18-19 = MN I 298, 14-15).<br />

74. Spk: Mogharāja adalah seorang bhikkhu yang terampil dalam<br />

struktur khotbah yang berurutan (anusandhikusala). [Spk-pṭ: Ia<br />

adalah satu di antara enam belas murid Brahmana Bāvari; baca Sn<br />

1116-19.] Setelah memperhatikan bahwa makna dari syair terakhir<br />

tidak berurutan, ia mengucapkan demikian untuk memperbaikinya<br />

agar berurutan (mungkin dengan menarik kesimpulannya?).<br />

Spk menunjukkan bahwa walaupun semua Arahanta a da-<br />

pat dijelaskan sebagai “orang-orang terbaik, mengembara demi<br />

kebaikan umat manusia” (nartuttamaṃ atthacaraṃ narānaṃ),<br />

bhikkhu itu menggunakan ungkapan ini secara khusus merujuk<br />

pada Sang Buddha (dasabalaṃ sandhāy’ eva). Spk menyimpulkan<br />

pernyataan ini sebagai suatu pertanyaan (tekiṃ pasaṃsiyā udahu<br />

apasaṃsiyā), yang saya ikuti, tetapi ini juga dapat dibaca sebagai<br />

suatu pernyataan sederhana yang pertama dikonfirmasi dan kemudian<br />

diperbaiki oleh Sang Buddha.<br />

75. Spk menjelaskan bhikkhū dalam pāda a (dan mungkin juga dalam<br />

pāda d) sebagai seruan yang ditujukan kepada Mogharāja; tetapi

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!