22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

11. Sakkasaṃyutta: Catatan Kaki (539)<br />

hal maknanya. VĀT mengusulkan, “Dan saya tidak mengatakan<br />

sehubungan dengan hal Dhamma,” tetapi pada Ja V 172,23 dan<br />

221,27, kami menemukan satañ ca dhammāni sukittitāni, “kualitas-kualitas<br />

baik yang telah diungkapkan dengan baik”, yang<br />

menyarankan bahwa di sini juga, kata netral jamak yang jarang<br />

dhammāni merujuk pada moralitas pribadi, bukan pada ajaran<br />

spiritual.<br />

662. Spk: Ia menderita penyakit yang muncul pada saat ia dikutuk<br />

oleh sekelompok petapa; baca vv. 902-3.<br />

663. Sambarimāyā. MW memiliki dua daftar yang berhubungan:<br />

sambaramāyā = sihir, ilmu gaib; dan sambari = ilmu sulap, ilmu<br />

gaib, ilusi (seperti yang dipraktikkan oleh Asura Sambara).<br />

664. Penjelasan Spk: “Bahkan tanpa sihir Sambari, Sakka sudah menekan<br />

kita, tetapi jika ia mempelajarinya, kita hancur. Jangan<br />

hancurkan kita demi kesejahteraanmu sendiri.”<br />

665. Seperti yang ditunjukkan oleh C.Rh.D (pada KS 1:305, n. 4), dalam<br />

syair ini, Vepacitti membedakan antara Sambara dan dirinya<br />

sendiri. Walaupun Spk mengidentifikasi keduanya, Komentator<br />

sepertinya tidak mempedulikan perbedaan ini, namun mengartikan<br />

syair ini: “Bagaikan Sambara, raja para asura, penyihir<br />

yang mempraktikkan sihir, tersiksa di neraka selama seratus tahun,<br />

demikian pula seseorang yang menggunakan sihirnya akan<br />

disiksa.” Spk-pṭ memberikan bantuan lebih jauh sehubungan<br />

dengan Sambara: “Sambara adalah pemimpin para asura sebelumnya,<br />

pencipta (ādipurisa) dari sihir asura.”<br />

Spk melanjutkan: “Apakah Sakka mampu menyembuhkannya<br />

dari kemarahannya? Ya, ia mampu. Bagaimana? Pada saat itu,<br />

dikatakan, kelompok petapa itu masih hidup. Oleh karena itu,<br />

Sakka membawanya menghadap mereka dan membuatnya meminta<br />

maaf, dan ia kemudian menjadi sembuh. Tetapi karena<br />

sifatnya yang jahat (vañcitattā), ia tidak menurut namun pergi<br />

begitu saja.”<br />

666. Menurut disiplin monastik (Vin I 54), jika seorang bhikkhu<br />

melakukan pelanggaran terhadap bhikkhu lain, maka bhikkhu<br />

itu harus meminta maaf dan bhikkhu lain itu harus memaafkan.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!