22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pendahuluan Umum (35)<br />

Sutta-sutta membedakan antara dua elemen Nibbāna: elemen<br />

Nibbāna dengan sisa (sa-upādisesa-nibbānadhātu) dan elemen Nibbāna<br />

tanpa sisa (anupādisesa-nibbānadhātu) – sisa (upādisesa) adalah susunan<br />

kelima kelompok unsur kehidupan yang terbentuk oleh keinginan dan<br />

kamma sebelumnya (It 38-39). Elemen yang pertama adalah padamnya<br />

nafsu, kebencian, dan kebodohan yang dicapai oleh Arahanta selagi<br />

masih hidup; elemen yang ke dua adalah padamnya segala keberadaan<br />

yang terkondisi tanpa sisa yang terjadi pada saat kematian Arahanta.<br />

Dalam komentar kedua elemen Nibbāna ini berturut-turut disebut<br />

kilesaparinibbāna, padamnya kekotoran saat pencapaian Kearahatan,<br />

dan khandhaparinibbāna, padamnya rangkaian kelompok-kelompok<br />

unsur kehidupan pada saat kematian Arahanta. Walaupun komentar<br />

memperlakukan kedua elemen Nibbāna dan kedua jenis parinibbāna<br />

sebagai sinonim dan dapat saling dipertukarkan, namun dalam<br />

penggunaan sutta adalah lebih baik melihat kedua jenis parinibbāna<br />

sebagai peristiwa-peristiwa yang mengakses kedua elemen Nibbāna<br />

yang bersesuaian. Dengan demikian parinibbāna adalah tindakan<br />

memadamkan; nibbāna adalah kondisi padamnya.<br />

Untuk menjelaskan kebahasaan dari suatu kata bukanlah menjawab<br />

pertanyaan sehubungan dengan interpretasinya. Apa yang seharusnya<br />

dilakukan pada berbagai penjelasan Nibbāna yang terdapat dalam<br />

Nikāya telah menjadi perdebatan sejak masa-masa awal Buddhisme,<br />

dengan landasan yang terbagi antara mereka yang menganggapnya<br />

sebagai hanya padamnya kekotoran dan lenyapnya kehidupan dan<br />

mereka yang memahaminya sebagai suatu fenomena kenyataan<br />

transenden (lokuttara). Dalam SN beberapa sutta menjelaskan Nibbāna<br />

sebagai hancurnya nafsu, kebencian, dan kebodohan, yang menekankan<br />

dimensi psikologis empiris; di tempat lain ini disebut tidak terkondisi,<br />

yang sepertinya menekankan pada kenyataan transenden. Para<br />

komentator Theravāda menganggap Nibbāna sebagai suatu elemen<br />

tidak terkondisikan. 12 Mereka berpendapat bahwa jika Nibbāna<br />

disebut hancurnya kekotoran (nafsu, kebencian, dan kebodohan, dan<br />

lain-lain) dan lenyapnya kelima kelompok unsur kehidupan, maka ini<br />

memerlukan interpretasi. Nibbāna sendiri, sebagai sesuatu, adalah<br />

tidak terlahirkan, tidak tercipta, tidak menjelma, tidak terkondisi<br />

(baca Ud 80-81). Adalah dengan bergantung pada elemen ini (taṃ

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!