22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

4. Mārasaṃyutta: Catatan Kaki (447)<br />

132,28-30, 324,1-2, 258,28-30. Se dan Ee1 menuliskan paragraf<br />

ini sebagai kalimat terakhir dari sutta sebelumnya, tetapi saya<br />

mengikuti Be dan Ee2. Karena kedua sutta membentuk narasi<br />

tunggal, pemisahan keduanya adalah keputusan yang sewenangwenang.<br />

322. Nama-nama mereka berarti keinginan, ketidakpuasan, dan nafsu.<br />

Spk menjelaskan bahwa mereka melihat ayah mereka dalam<br />

keadaan sedih dan mendekat untuk mengetahui alasannya. Kisah<br />

pertemuan Sang Buddha dengan putri-putri Māra juga tercatat<br />

dalam Ja I 78-79 dan Dhp-a III 195-98; baca BL 3:33-34. Jelas<br />

terjadi pada minggu kelima setelah Penerangan Sempurna. Kisah<br />

yang sama dalam versi BHS terdapat pada Mvu III 281-86<br />

juga terjadi pada periode yang sama; baca Jones, 3:269-74.<br />

323. Penjelasan Spk menunjukkan bahwa tidak ada lagi yang ada di<br />

balik perumpamaan selain yang terlihat oleh mata: “Mereka<br />

menangkap seekor gajah dan menuntunnya keluar dari hutan<br />

dengan umpan seekor betina yang memikatnya dengan kebetinaannya.”<br />

324. Pada idiom pāde te samaṇa paricārena, Geiger mengatakan: “Dalam<br />

ucapan sopan, seseorang menggunakan pādā, kaki, untuk<br />

seseorang. Artinya adalah: ‘Kami ingin mematuhi perintahMu<br />

bagaikan budak-perempuan’” (GermTr, p. 193, n. 5). Sindiran<br />

jenis kelamin tidak dapat dihindari. Anehnya, Spk tidak memberikan<br />

penjelasan di sini mengenai anuttare upadhisaṅkhaye vimutto,<br />

tetapi baca n. 356.<br />

325. Spk mengemas senaṃ sebagai kilesasenaṃ, “bala tentara kekotoran”,<br />

dan menuliskan: “Setelah menaklukkan bala tentara<br />

kesenangan dan kenikmatan, bermeditasi sendirian, Aku menemukan<br />

kebahagiaan Kearahatan, yang disebut ‘pencapaian<br />

tujuan, kedamaian batin’ (atthassa pattiṃ hadayassa santim).”<br />

Mahākaccāna memberikan komentar panjang mengenai syair<br />

ini pada AN V 47,3 – 48,4. Mengenai piyarūpaṃ sātarūpaṃ, “kesenangan<br />

dan kenikmatan”, baca 12:66 (II 109-12), DN II 308-11.<br />

326. Baik versi BHS dari syair-syair ini (pada Mvu III 283-84) maupun<br />

Skt (tertulis pada Ybhūs 4:1-3; Enomoto, CSCS, pp. 25-26) menu-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!