22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1. Devatāsaṃyutta: Catatan Kaki (383)<br />

karena yang kedua juga disebutkan dengan namanya, sepertinya<br />

lebih mungkin menganggap kata itu dalam kedua baris itu<br />

sebagai kata benda jamak. Dalam Be dan Se, kata ini jelas jamak.<br />

Sang Buddha dengan demikian memastikan bahwa mereka yang<br />

menghormatinya adalah layak dipuji, tetapi mengarahkan si<br />

penanya melampaui sekedar mengabdi dengan menambahkan<br />

bahwa mereka yang memahami kebenaran dan meninggalkan<br />

keragu-raguan (dengan mencapai Jalan Memasuki-Arus) adalah<br />

lebih layak dipuji; karena akhirnya mereka akan menjadi “mengatasi<br />

ikatan” (saṅgātigā), yaitu para Arahanta.<br />

76. Spk: Tidak ada alam deva yang bernama “pencari kesalahan”<br />

(ujjhānasaññino). Nama ini diberikan kepada para deva ini oleh<br />

redaktur naskah ini karena mereka datang untuk mencari kesalahan<br />

dengan Sang Tathāgata terhadap penyalahgunaan empat<br />

kebutuhan. Mereka berpikir: “Petapa Gotama ini memuji<br />

kepuasan dengan kebutuhan yang sederhana kepada para bhikkhu,<br />

tetapi Beliau sendiri hidup mewah. Setiap hari Beliau mengajarkan<br />

Dhamma kepada banyak makhluk. Ucapan-Nya pergi<br />

ke satu arah, perbuatan-Nya ke arah lain.” Fakta bahwa mereka<br />

berbicara kepada Sang Bhagavā sambil masih berdiri di angkasa<br />

sudah menunjukkan sikap tidak hormat.<br />

77. Spk mendefinisikan kitavā sebagai sejenis burung pemangsa<br />

(sākuṇika) dan menjelaskan: “Bagaikan burung pemangsa yang<br />

menyembunyikan dirinya di balik dahan-dahan dan dedaunan<br />

dan membunuh burung lain yang mendekat, demikianlah ia menyokong<br />

istrinya, demikian pula penipu menyembunyikan dirinya<br />

di balik jubah-usang dan menipu banyak orang dengan<br />

kata-kata cerdas. Semua pemakaian empat kebutuhan (jubah,<br />

makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan) yang ia gunakan<br />

adalah digunakan dengan mencuri. Deva itu mengucapkan syair<br />

ini sehubungan dengan Sang Bhagavā.” Penjelasan kitavā yang<br />

sama terdapat dalam Dhp-a III 375 (hingga Dhp-a 252). Akan<br />

tetapi, pada Ja IV 228,19, kata ini muncul dalam konteks yang<br />

jelas menunjukkan bahwa kata ini berarti penjudi; dikemas oleh<br />

kata akkhadhutta, seorang penjudi-dadu, dan saya menerjemahkannya<br />

demikian. Baca Palihawadana, “Dari penjudi hingga

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!