22.11.2014 Views

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

Samyutta Nikaya 1 – Sagatha Vagga (2.8 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

10. Yakkhasaṃyutta: Catatan Kaki (511)<br />

tan (māluvā va vitatā vane). Spk: “Ketika tanaman rambat māluvā<br />

tumbuh dengan menumpang pada pohon tertentu, ia menganyam<br />

dirinya di sekeliling pohon terus-menerus dan membentang<br />

dari atas ke bawah, demikianlah ia hidup tergantung dan<br />

terbentang. Dengan cara yang sama, banyak kekotoran keinginan-indria<br />

melekat pada objek-objek keinginan indria sehubungan<br />

dengan kekotoran-kekotoran kenikmatan indria itu.” Intinya,<br />

sepertinya keinginan-indria itu membentang dari objek ke<br />

objek bagaikan tanaman rambat yang membentang ke seluruh<br />

hutan dengan menjalar dari pohon ke pohon. Penjelasan lebih<br />

lanjut mengenai tanaman rambat māluvā, baca MN I 306-7, AN I<br />

202,32-34 dan 204,23 – 205,3, dan Dhp 162,334.<br />

569. Spk menuliskan: “ Mereka yang memahami sumber kehidupan ini<br />

menghilangkannya, yaitu dengan kebenaran sang jalan, mereka<br />

melenyapkan kebenaran asal-mula (=keinginan), yang adalah<br />

asal-mula dari kebenaran penderitaan yang terdapat dalam sumber<br />

kehidupan ini. Dengan menyingkirkan kebenaran asal-mula,<br />

mereka menyeberangi banjir kekotoran yang sulit diseberangi sebelumnya<br />

dalam saṃsāra yang tanpa awal bahkan dalam mimpi,<br />

demi tidak terlahir kembali, demi kebenaran lenyapnya (=Nibbāna),<br />

yang disebut “tidak ada kelahiran baru” (apunabbhāvaya). Demikianlah<br />

dengan syair ini, Sang Guru mengungkapkan Empat<br />

Kebenaran Mulia, membawa khotbah tersebut memuncak pada<br />

Kearahatan. Pada akhirnya, Sūciloma mencapai tingkat buah<br />

Memasuki-arus. Dan karena Pemasuk-arus tidak hidup dalam<br />

jasmani menakutkan, seketika dengan pencapaiannya, rambutrambut<br />

jarumnya runtuh dan ia mendapatkan penampilan sebagai<br />

dewa bumi (bhummadevatāparihāra).”<br />

570. Spk mengemas sukham edhati dalam pāda a sebagai sukhaṃ<br />

paṭilabhati, “memperoleh kebahagiaan”. CPD menunjukkan (s.v<br />

edhati) bahwa interpretasi ini mungkin kesalahpahaman yang<br />

bermula dari anggapan bahwa sukham adalah objek langsung<br />

dari kata kerja, bukannya bentuk akusatif bersifat kata keterangan.<br />

Makna aslinya muncul dalam komentar pada kemasan ungkapan<br />

sukhedito sebagai sukhasaṃvaddhito. Baca juga EV I, n. atas<br />

475.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!